Daerah BANJIR SUMATRA

Bencana Sumatra: Seribu Lebih Orang Telah Meninggal, PWNU Aceh Desak Penanganan Serius

NU Online  ·  Rabu, 17 Desember 2025 | 13:30 WIB

Bencana Sumatra: Seribu Lebih Orang Telah Meninggal, PWNU Aceh Desak Penanganan Serius

Ilustrasi: lumpur hampir satu meter di musalla Dayah MUDI Putri Samalanga pasca banjir bandang menerjang Dayah tersentuh dan masih dilakukan pembersihan secara mandiri oleh santri, dewan guru, dan alumni. (Foto: NU Online/Helmi Abu Bakar)

Banda Aceh, NU Online

Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra hingga hari ke-20 pada pertengahan Desember 2025 masih menyisakan duka mendalam. Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan skala bencana yang besar, baik dari sisi korban jiwa, pengungsi, maupun luas wilayah terdampak.


Berdasarkan laporan BNPB per 15 Desember 2025, secara nasional jumlah korban meninggal dunia mencapai 1.053 orang, sementara 200 orang masih dinyatakan hilang. Adapun jumlah pengungsi tercatat sebanyak 606.040 jiwa. Meski angka pengungsi menurun 2.940 orang dibandingkan awal Desember, kondisi tersebut belum mencerminkan pulihnya kehidupan masyarakat terdampak.


Banyak warga terpaksa kembali ke rumah dalam kondisi rusak berat, tanpa aliran listrik, air bersih, maupun kepastian bantuan lanjutan.


Provinsi Aceh menjadi wilayah dengan dampak terberat. Bencana meluas di sedikitnya enam kabupaten, yakni Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Tengah, Bireuen, Pidie Jaya, Nagan Raya, dan Aceh Tamiang. Korban hilang masih tercatat di sejumlah daerah, dengan angka tertinggi berada di Bener Meriah dan Aceh Utara.


Selain korban jiwa, Aceh menghadapi persoalan serius berupa lumpur setinggi meteran, kerusakan rumah warga, fasilitas pendidikan dan keagamaan, serta terganggunya akses transportasi. Pantauan NU Online menunjukkan kondisi masyarakat di berbagai daerah terdampak masih jauh dari normal.


Di sejumlah wilayah, termasuk Bireuen dan Pidie Jaya, warga bertahan di pengungsian darurat dengan logistik terbatas. Ancaman penyakit mulai meningkat, sementara aktivitas ekonomi dan pendidikan belum dapat berjalan. Kondisi serupa juga terjadi di provinsi lain di Sumatra.


Di Sumatra Utara, operasi pencarian korban masih berlangsung di empat sektor, terutama di Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kota Sibolga, dengan puluhan korban dilaporkan belum ditemukan. Sementara di Sumatra Barat, pencarian dilakukan di lima sektor, dengan korban hilang terbanyak berada di Kabupaten Agam dan Kota Padang Panjang.


BNPB menetapkan batas waktu operasi SAR hingga 15 Desember 2025. Namun, desakan perpanjangan operasi terus menguat seiring masih banyaknya korban yang belum ditemukan.


Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh, Tgk H. Asnawi, menilai penanganan banjir bandang dan longsor di Aceh dan wilayah Sumatra lainnya harus dilakukan secara lebih serius dan komprehensif. Menurutnya, dampak yang dirasakan masyarakat Aceh jauh lebih besar dibandingkan daerah lain sehingga membutuhkan prioritas khusus dari pemerintah pusat.


“Efek bencana ini sangat besar dan Aceh merasakannya paling berat. Penanganan tidak bisa setengah-setengah. Bantuan logistik masih belum maksimal, terutama di daerah-daerah terpencil yang hingga kini belum tersentuh,” ujar Asnawi kepada NU Online, Selasa (16/12/2025).


Ia juga menyoroti lumpuhnya layanan dasar di sejumlah wilayah terdampak. Hingga kini, listrik dan jaringan internet di beberapa daerah masih padam, sementara gas elpiji langka dan sulit diakses masyarakat. Kondisi tersebut tidak hanya menyulitkan kehidupan sehari-hari warga, tetapi juga menghambat koordinasi penanganan bencana.


“Tanpa listrik dan internet, distribusi bantuan, layanan kesehatan, dan komunikasi darurat menjadi sangat terbatas. Ini harus menjadi perhatian serius pemerintah,” tegasnya.


Asnawi menambahkan, PWNU Aceh bersama jejaring NU di tingkat cabang dan badan otonom terus berupaya membantu masyarakat sesuai kemampuan. Namun, dengan skala bencana lintas provinsi dan dampak kemanusiaan yang luas, ia menilai kehadiran negara secara lebih kuat dan terkoordinasi menjadi kebutuhan mendesak.


Dengan masih tingginya jumlah korban, luasnya wilayah terdampak, serta belum pulihnya layanan dasar, bencana banjir bandang dan longsor di Sumatra dinilai telah melampaui kapasitas daerah. Dorongan agar pemerintah pusat menetapkan status bencana nasional kembali menguat sebagai dasar percepatan bantuan logistik, pengerahan alat berat, penguatan layanan kesehatan, serta pemulihan sosial dan ekonomi masyarakat terdampak, terutama di Aceh.


============

Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang