Kotawaringin Barat, NU Online
Meski tiap malam daerahnya selalu gelap gulita lantaran belum ada lampu listrik, pasangan suami istri lanjut usia di pedalaman Kalimantan ini tetap menjalankan kewajiban ibadah puasa. Sebab, bagi pasangan lansia ini Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia dan penuh keberkahan.
Adalah Suwono dan Suparti, warga RT 06 Kelurahan Pangkut, Kecamatan Arut Utara, Kotawaringin Barat (Kobar), Provinsi Kalimantan Tengah, Selasa (28/5), berbuka puasa hanya ditemani penerangan seadanya, yakni lampu teplok. Lampu teplok berbahan bakar minyak tanah ini menjadi kebutuhan sehari-hari sejak puluhan tahun silam.
Meski kondisinya memprihatinkan, pasangan kakek-nenek ini tetap bahagia mensyukuri apa yang ada. “Ndak ada listrik. Adanya lampu ini (teplok). Sudah terbiasa sejak dulu. Kami syukuri saja,” ucap Suwono kepada NU Online di kediamannya saat berbuka puasa.
Ia menjelaskan, pemakaian lampu teplok di luar Ramadhan hanya sampai jam 12 malam. Hal itu dimaksudkan agar lebih menghemat bahan bakar. "Kalau bulan puasa ya nyala terus. Karena jam 3 pagi sudah sahur," imbuhnya.
Perlu diketahui, Kelurahan Pangkut ini merupakan ibukota kecamatan. Meski demikian, untuk mencapai daerah pelosok ini harus menempuh perjalanan darat sekira 2 jam. Di wilayah kecamatan memang sudah ada pembangkit listrik tenaga disel (PLTD). Namun, untuk kawasan RT 06 hingga saat ini belum teraliri.
Kepada NU Online, Lurah Pangkut, Guntur Setyawan membenarkan hal itu. Ia juga mengatakan jika kendala yang dialami warganya adalah soal penerangan. "Sudah saya perjuangkan. Mohon doanya agar pihak terkait segera memperhatikan kondisi ini," terang Guntur saat ditemui di kantornya.
Tahun 2019, sambung Guntur, direncanakan ada pemasangan tiang PLTD. Namun, lanjut dia, hingga bulan kelima ini belum ada penjelasan yang pasti kapan tiang listrik itu akan dipasang. "Ya kita tunggu saja. Mudah-mudahan segera dipasang tiangnya dan segera dipasang kabel jaringannya," pungkas Guntur. (Suhud Mas'ud/Musthofa Asrori)