Cerita Petani di Deli Serdang: Sawah Tersapu Banjir Bandang, Panen Gagal Total
NU Online · Selasa, 16 Desember 2025 | 12:30 WIB
Ayu Lestari
Kontributor
Deli Serdang, NU Online
Dampak bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra tidak hanya merusak permukiman dan infrastruktur, tetapi juga memukul sektor ekonomi masyarakat. Gangguan distribusi logistik menyebabkan harga bahan pokok melonjak drastis, sementara petani di daerah terdampak mengalami gagal panen total.
Bencana menghantam sektor pertanian dirasakan langsung oleh Devina Tri Ayuniasih M, petani asal Desa Sei Rotan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, yang tahun ini mengalami gagal panen total akibat banjir bandang.
“Sawah saya terkena banjir bandang. Tidak ada hasil lahan yang tersisa. Biasanya saya menanam padi, ubi jalar, dan beberapa jenis sayuran,” tutur Devina kepada NU Online, Senin (15/12/2025).
Devina mengaku telah menekuni profesi petani selama sekitar 20 tahun. Sebelum bencana, ia dapat melakukan panen secara teratur. Namun kini, lahan pertaniannya belum bisa digunakan kembali karena masih tergenang air.
“Sudah hampir 20 hari ini lahan sawah saya belum bisa dipakai. Tanaman sayuran rusak total, dan padi sekitar 70 persen rusak parah,” ungkapnya.
Meski belum dapat memastikan nilai kerugian secara nominal, Devina menyebut biaya pemulihan lahan pascabencana cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia saat ini hanya mengandalkan bantuan beras dari para donatur.
“Tentu saya mengalami kerugian. Nominalnya belum bisa dihitung, tapi saat ini saya hanya mengandalkan bantuan untuk bertahan hidup,” ujarnya.
Devina berharap adanya bantuan bibit dan modal usaha agar ia dan petani lainnya dapat kembali mengolah lahan pertanian pascabencana.
“Saya sangat berharap bantuan bibit tanaman dan modal bertani. Kalau bisa, juga dibantu penataan lahan sawah agar bisa segera ditanami kembali,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Pimpinan Wilayah GP Ansor Sumatra Utara, Karsani Aulia Polem, mengungkapkan bahwa pasokan kebutuhan pokok terganggu akibat bencana di wilayah Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), dan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Kondisi tersebut berdampak langsung terhadap ketersediaan barang di Pulau Nias.
“Logistik kebutuhan pokok kami terkena dampak bencana. Sebagian besar bahan pokok di Pulau Nias didatangkan dari luar Nias melalui jalur laut Pelabuhan Sibolga,” ujar Karsani kepada NU Online, Kamis lalu.
Ia menjelaskan, terganggunya akses transportasi laut dari Pelabuhan Sibolga ke Nias membuat pemerintah setempat mengambil kebijakan alternatif dengan mendatangkan bahan pokok melalui Pelabuhan Sumatra Barat.
“Namun, jalur ini memakan waktu lebih lama. Kalau dari Sibolga ke Nias biasanya hanya sekitar 10 jam, sementara dari Sumatra Barat bisa memakan waktu 3 sampai 4 hari,” jelasnya.
============
Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.
Terpopuler
1
Bedah Hujjah KH Afifuddin Muhajir: Dari Kewajiban Taat AD/ART hingga Pentingnya Bukti Konkret
2
Kelompok Sultan Tunjuk M Nuh sebagai Katib Aam PBNU
3
PBNU Kelompok Sultan Targetkan Percepatan Muktamar dan Gelar Harlah 1 Abad NU
4
Gus Yahya Dorong Islah Demi Keutuhan Jamiyah, Serukan Warga NU Tetap Jaga Persatuan
5
Kelompok Sultan Gelar Rapat Harian Syuriyah-Tanfidziyah di Gedung PBNU
6
Penembakan Massal Terjadi di Australia, Seorang Muslim Berhasil Lucuti Pelaku Bersenjata
Terkini
Lihat Semua