Dua Warisan Besar KH Hasyim Asy’ari yang Harus Diperjuangkan Umat Islam
Sabtu, 22 Agustus 2020 | 15:00 WIB
Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz (dua dari kiri) saat menghadiri wisuda virtual Ma’had Aly Hasyim Asyari. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jombang, NU Online
Pengasuh Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz menegaskan, bahwa Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari memiliki dua warisan besar untuk umat Islam. Warisan tersebut berupa ilmu dan pergerakan.
Ilmu yang diwariskan Kiai Hasyim tertuang dalam kitab-kitabnya dan lewat jalur sanad santri Tebuireng. Sementara warisan pergerakan yaitu lewat jamiyah Nadlatul Ulama (NU).
Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri wisuda ke-IV mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng di gedung KH Yusuf Hasyim lantai 3 Pondok Pesantren Tebuireng.
Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng memilih takhasus hadits dan ilmu hadis dengan harapan bisa meneruskan keilmuan yang digeluti KH M Hasyim Asy'ari, yaitu pakar hadits Indonesia.
“Tantangan paling berat saat ini adalah menjaga warisan Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari baik warisan secara keilmuan maupun pergerakan,” jelasnya, Sabtu (22/8).
Oleh karenanya, menurut Kiai Abdul Hakim tugas para pendidik dan ulama adalah membimbing generasi penerus (santri) untuk menghadapi tantangan zaman. Bimbingan ini penting sebelum para santri ini terjun ke masyarakat.
“Ketika terjun di masyarakat, gunakanlah dasar-dasar yang sudah diajarkan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari,” imbuhnya.
Cicit KH M Hasyim Asy'ari ini juga berpesan kepada para santri Tebuireng untuk tetap menjaga nama baik almamater saat syiar dakwah di masyarakat.
"Kepada para wisudawan mahasantri Ma’had Aly, bahwa kita harus bersama-sama mampu menjujung, menjaga nama baik Pesantren Tebuireng, di manapun berada," tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI Imam Syafe’i mengatakan, Ma'had Aly memiliki potensi yang tidak dimiliki perguruan lain, yaitu setiap Ma'had Aly hanya memiliki satu jurusan (takhasus).
Dengan prodi yang berbeda di setiap Mahad Aly tidak menjadikan setiap Mahad Aly menjadi kompetitor tetapi justru menjadi pelengkap dan penyempurna bagi khazanah Islam.
“Adapun tiga tradisi yang harus dikembangkan oleh setiap Mahad Aly ialah religiositas, akademik, dan budaya digital,” tambahnya.
Imam Syafi'i menambahkan di Indonesia saat ini setidaknya terdapat lebih dari 270 lembaga pendidikan Islam yang terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah hingga jenjang Mahad Aly.
Dengan jumlah lembaga yang lebih banyak dari negara-negara lain. Ia berharap Indonesia ke depannya terkhusus mulai pada tahun 2024 bisa menjadi rujukan pendidikan Islam bagi seluruh dunia.
Baginya, Mahad Aly adalah lembaga pendidikan yang memiliki potensi untuk mencapai harapan tersebut. Selain itu, ia juga percaya bahwa Mahad Aly adalah potensi pendidikan Indonesia.
“Ma’had Aly adalah bagian potensi pendidikan Indonesia. Meski masih muda, kita tidak perlu risau dengan jarak usia dengan lembaga lain yang lebih dulu berdiri. Kita punya potensi besar, unggul, dan dibutuhkan oleh banyak orang. Tetap optimis,” tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua