Muhammad Salim
Kontributor
Garut, NU Online
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali mengalami rasa yang berbeda saat beribadah, kadang merasa nikmat dan bersemangat, tidak jarang pula merasa malas yang luar biasa, bahkan jemu, dan hambar saat hendak melaksanakan ibadah. Hal tersebut bisa menunjukkan bahwa hati sedang ada dalam kondisi dan tingkatan tertentu.
Mengenai hal ini, Pengasuh Pondok Pesantren Salaman Fauzan III KH Aceng Abdul Mujib menjelaskan, hati mempunyai 4 tingkatan sebagaimana disampaikan saat mengisi kegiatan pengajian bulanan di Komplek Pesantren Fauzan Desa Sukaresmi Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut, Ahad (5/6/2022)
Tingkatan yang pertama menurut Aceng Mujib sapaan akrabnya, disebut rafa' yang berarti di atas. kategori pertama ini menunjukkan bahwa hati sedang diangkat oleh Allah karena hati senantiasa berdzikir kepada-Nya. Misalnya saat menerima hinaan dan cacian dari sesama manusia, hati tidak menghiraukannya karena hanya ingin mendapatkan kemuliaan di hadapan Allah.
Baca Juga
Kebersihan Hati Sebagai Bekal Akhirat
''Hati yang rafa' selalu ingat kepada Allah, sehingga ia selalu berdzikir kepada-Nya." tutur Aceng Mujib.
Tingkatan kedua, lanjut Aceng Mujib, yaitu fathah yang artinya terbuka. Pada kondisi ini hati akan merasa ridla dan mampu menerima segala ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah. Seperti saat mampu menerima ketika kehilangan orang yang sangat disayangi karena meninggal dunia.
“Karena pada prinsipnya, semua yang terjadi kepada kita, baik maupun buruknya, hal tersebut semuanya adalah terbaik bagi kita menurut-Nya,” jelas A'wan PWNU Jawa Barat itu.
Tingkatan ketiga adalah kategori yang harus dihindari, yaitu hati yang khafad yang artinya turun atau rusak. Dimana orang yang memiliki hati tersebut memiliki kecenderungan untuk mengejar dunia, namun masih sedikit ingat kepada Allah. Jika tiba waktu ibadah, biasanya ia lebih mementingkan urusan dunia ketimbang urusan akhiratnya.
Terakhir, kata Aceng Mujib, yaitu waqaf yang berarti berhenti. Maksudnya yaitu hati berhenti atau lupa kepada Allah. Kategori harus dijauhi agar kita tidak lupa kepada Allah.
Kondisi pada tingkatan hati
Ketua Umum Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleran (Almagari) ini juga merinci kondisi dan ciri-ciri dari setiap kategori tingkatan hati tersebut.
Menurut Aceng Mujib, ciri kategori hati rafa' ada tiga, pertama adanya kecocokan dengan aturan agama, kedua perbuatan yang dilakukan tidak ada penyimpangan dari aturan agama, dan ketiga hati merasa rindu kepada Allah, sehingga di setiap waktu selalu berdzikir.
Selanjutnya ciri hati fathah, Aceng Mujib menjelaskan, orang yang memiliki hati kategori fathah biasanya selalu bertawakal atau pasrah kepada Allah dan menjadi pribadi yang sidqu alias jujur.
“Kemudian ciri kategori hati khafad, pertama yaitu ujub atau takabur, kedua ia selalu riya atau pamer terhadap apa yang dilakukannya, dan ketiga ia selalu tamak atau cinta pada dunia,” ujarnya.
Terakhir, ciri kategori hati waqaf, yaitu pertama hati yang hilang rasa manis saat beribadah, kedua hilang rasa pahit saat maksiat atau dosa, dan ketiga tidak bisa membedakan antara halal dengan haram sehingga semuanya diterobos.
Pewarta: Muhammad Salim
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua