Suasana penyerahan bantuan oleh mahasiswa Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Jember (UIJ) di Posko Wonoasri Peduli Banjir. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Semangat sejumlah mahasiswa Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Jember (UIJ) untuk berpartisipasi dalam aksi sosial terhadap korban banjir di Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, layak diapresiasi. Pasalnya, mereka tidak punya sumber penghasilan, tapi semangatnya untuk meringankan beban sesamanya, cukup besar.
“Alhamdulillah, dari kita ngumpulkan uang di beberapa perempatan jalan, dapat kita sumbangkan kepada para korban banjir,” ujar Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Tarbiyah UIJ, Ali Makki kepada NU Online di Posko Wonoasri Peduli Banjir di Dusun Tirtosari, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurerjo, Jember, Jumat (22/1).
Selain BEM, juga ada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Fakultas Tarbiyah UIJ dan Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah UIJ. Ketiga elemen itu bahu-membahu terjun ke jalan, rela berpanas-panasan untuk menggalang dana dari para pengendara di empat lokasi lampu merah. Dari penggalangan dana selama tiga hari itu, terkumpul Rp4 juta.
“Selain (dana) dari jalan, para pengurus juga urunan, dan syukurlah kami bisa membantu mereka” tambah Ali Makki.
Sementara itu, Ketua PMII Rayon Fakultas Tarbiyah UIJ, Tio Fania menegaskan, bantuan untuk korban banjir memang selayaknya dilakukan. Sebab, selain tersiksa karena harus mengungsi atau setidaknya rumah tergenang air bah, mereka rata-rata juga kehilangan pekerjaan lantaran sawahnya juga tersapu banjir.
“Justru yang harus kita pikirkan adalah hidup mereka setelah banjir usai,” terangnya.
Tio menegaskan bahwa banjir terkait hubungannya dengan kerusakan alam selain karena kehendak Allah. Katanya, jika hutan yang gundul di hulu sungai tidak segera dihijaukan kembali, atau malah penggundulan hutan masih terus terjadi, maka banjir tidak akan pernah berhenti, sehingga setiap musim penghujan, banjir bisa menerjang apa saja.
“Jadi banjir bukan semata-mata karena hujan lebat, tapi juga karena faktor lain, yaitu hutan yang gundul,” jelasnya
Ia menegaskan, untuk menghentikan penggundulan hutan memang tidak mudah karena bagi sebagian masyarakat, mengambil pohon di hutan tanpa hak seakan sudah menjadi tradisi, bahkan terkadang mendapat dukungan dari oknum tertentu. Walaupun demikian, masyarakat tidak boleh putus asa untuk menghentikan oknum yang melakukan penggundulan hutan.
“Demi masa depan bangsa, dan demi keselamatan manusia dari bencana alam, penggundulan hutan harus dihentikan,” pungkasnya.
Di tempat terpisah, Fakultas Tarbiyah UIJ, Jasuli menyatakan bangga dengan anak didiknya yang telah berusaha meringankan beban para korban bencana. Ia tidak melihat nilai yang disumbangkan tapi semangatnya untuk berbuat baik terhadap mereka yang terkena musibah, patut dihargai.
“Apa yang mahasiswa lakukan termasuk pengamalan salah satu catur dharma perguruan tinggi,” ucapnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua