Daerah

Gelar Konsolidasi, Rais PWNU Jateng: Jadilah Pengurus yang Benar

Sabtu, 18 Juli 2020 | 01:00 WIB

Gelar Konsolidasi, Rais PWNU Jateng: Jadilah Pengurus yang Benar

Rais PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh (tiga dari kanan) saat konsolidasi NU di Brebes (Foto: NU Online/Wasdiun)

Brebes, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh meminta kepada jajaran pengurus NU di semua tingkatan agar pengurus NU yang benar dan betul-betul menjadi pengurus ketika ada urusan dalam masyarakat.

 

"Jangan malah jadi urusan apalagi minta diurus. Pengurus harus terjun langsung tidak boleh diam saja, jangan mempersulit," tegasnya. 

 

Hal itu disampaikan saat PWNU Jawa Tengah menggelar safari konsolidasi Organisasi dan Program bidang Pesantren dan Pertanian, bersama PCNU se eks Karesidenan Pekalongan, di Pesantren Assalafiyah Luwungragi, Bulakamba, Brebes, Rabu (15/7) malam. 

 

Dikatakan, pengurus NU dalam bekerja dan menjalankan program harus tetap mematuhi rambu-rambu yang telah diatur dalam organisasi. “Dalam berkhidmat kepada masyarakat harus berjalan pada koridor kaidah. Pemimpin kita, harus lebih baik pada sikap dan tingkah lakunya daripada yang dipimpin,” ujar Kiai Ubaid. 

 

Para ulama NU lanjutnya, bertugas mendampingi pemimpinnya atau para eksekutif dalam bekerja agar bisa bekerja untuk kemaslahatan umat. 

 

"Jangan disamakan NU dengan partai-partai yang ada. NU netral dalam politik praktis, tetapi NU harus berpolitik kebangsaan sehingga tidak sampai melupakan tugas jamiyah dan jamaahnya," ucapnya. 

 

Bupati Brebes Hj Idza Priyanti (berdiri) berikan sambutan pada acara konsolidasi PWNU Jateng di Pesantren Assalafiyah Bulukamba, Brebes (Foto: Wasdiun)

 

Kiai Ubaidillah menjelaskan, program NU yang paling utama adalah karena NU lahir dari pesantren, maka berkhidmat kepada umat dengan ruh pesantren. Pendidikan pesantren ala Nahdliyin saat ini sudah banyak yang luntur, karena banyak mengadopsi sistem yang sudah modern. 

 

“Jangan sampai ada pembiaran, kita harus mengambil langkah-langkah strategis agar ciri khas Nahdliyin tetap terpatri. Termasuk dalam mengelola negara Indonesia yang merupakan negara agraris, maka program yang diperkuat adalah program pertanian," jelasnya. 

 

Dia mengingatkan bahawa masalah dunia yang akan datang adalah masalah pangan, maka NU jangan tinggal diam dan harus mengoptimalkan sumber daya yang ada. 

 

Bupati Brebes Hj Idza Priyanti menjelaskan, lahan pertanian di Kabupaten Brebes tidak terusik meski telah ada Kawasan Industri Brebes (KIB) dan Kawasan Peruntukan Industri Brebes (KPIB). 

 

"Lahan pertanian di Brebes masih tetap dipertahankan mengingat komoditas bawang merah dan telor asin menjadi andalan dan memasok kebutuhan pangan hingga ke seluruh pelosok nusantara," tuturnya. 

 

Bupati menandaskan, melalui Perda nomor 13 tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) bahwa lahan hijau pertanian masih tetap dipertahankan demi kesejahteraan masyarakat Brebes yang agraris. 

 

“Pemkab mendukung upaya-upaya NU dalam penyelamatan pangan demi ketahanan pangan di masing-masing daerahnya,” ungkap Idza.

 

Tentang pesantren, Bupati juga sangat bangga karena Brebes memiliki lebih kurang 104 pesantren besar maupun kecil. Demikian juga santri Brebes banyak bertebaran di berbagai daerah untuk menimba ilmu untuk membangun mental spiritual Brebes. 

 

“Alhamdulillah karena keberadaan pesantren dan juga banyaknya kiai, Brebes aman, tentram dalam lindungan Allah SWT,” ucapnya.

 

Termasuk upaya upaya menyelamatkan masyarakat dari Pandemi Covid-19 juga tidak terlepas dari doa dan sumbangsih para ulama dan santri. Sehingga Kabupaten Brebes selamat dari pandemi covid-19. 

 

“Sekarang Brebes sudah zona hijau, berkat doa para kiai dan santri serta upaya menyeluruh dari berbagai elemen masyarakat,” pungkasnya.

 

Kontributor: Wasdiun
Editor: Abdul Muiz