Magelang, NU Online
Pesantren adalah lembaga tertua di Indonesia. Sampai saat ini pesantren masih tetap kokoh melewati zaman dan berbagai rezim kekuasaan. Eksistensi ini menjadi bukti bahwa pesantren memiliki satu mental dasar yakni kemandirian.
"Siapapun pemimpinnya, siapapun rezimnya, pesantren akan tetap hidup lestari di bumi Indonesia," tegas Pengasuh Pesantren Asrama Pelajar Islam (API) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) pada Rapat Koordinasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis pesantren se-Jawa Tengah dan DIY di SMK Syubbanul Wathan Magelang, Jumat (28/2).
Gus Yusuf menegaskan pula bahwa dalam menghadapi perubahan zaman yang sangat cepat saat ini, pesantren tidak boleh diam. Pesantren harus mau dan mampu membuka diri terhadap hal baru sesuai dengan kaidah : Al muhafadzatu alal qadimis shalih, wal akhdu bil jadidi ashlah (mempertahankan hal yang baik yang sudah ada dan mengambil hal baru yang baik).
"Kita harus mempertahankan hal baik yang sudah diwariskan oleh para pendahulu kita sebagai basic pendidikan moralitas. Namun di sisi lain pesantren juga harus mengambil hal positif baru sesuai dengan potensinya dan bisa menjadikan itu sebagai unggulan," jelasnya.
Dalam mengelola Sekolah Menegah Kejuruan berbasis pesantren ini, para pengurus juga harus memiliki semangat dan optimisme tinggi. Jika ada niatan sungguh-sungguh dalam mengelolanya, maka pasti akan mendapatkan hasilnya.
"Tugas pemerintah menfasilitasi rakyat, tapi jangan juga menjadi ketergantungan dengan pemerintah," tegasnya.
Kemandirian dalam mengembangkan SMK berbasis pesantren, lanjut Gus Yusuf, akan menghasilkan pula para alumni yang mandiri. Hal ini secara signifikan akan membantu pemerintah dalam mencetak para wirausahawan-wirausahawan yang tidak membebani pemerintah.
"Santri harus mandiri tidak menambah panjang antrian (pendaftar) PNS. Kita bisa membantu meringankan beban negara," ujarnya.
Selain ikhtiar lahir dengan mendirikan SMK untuk mencetak orang-orang yang mandiri, SMK pesantren juga memiliki kelebihan lain yang tidak di miliki SMK atau sekolah umum lainnya. Kelebihan itu adalah ikhtiar batin dalam bentuk doa.
"Orang lain berpikir fatihah hanya untuk shalat saja. Tapi fatihah bagi santri bisa untuk apa saja. Mau buka toko baca fatihah, mujahadah, mau buka usaha baca fatihah," ujarnya.
Dengan hal ini Gus Yusuf mengajak kepada para seluruh elemen SMK berbasis pesantren termasuk para peserta didiknya agar senantiasa menancapkan optimisme dalam setiap langkah kehidupan dengan membuang jauh-jauh pesimisme.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin