Haul KH Ahmad Zainal Mahmud Kendal, Teladan Kiai Haus Ilmu
Kamis, 15 Oktober 2020 | 01:00 WIB
Makam pendiri Pesantren Tahfidz Al-Qur'aniyah, Kendal, Jateng KH Ahmad Zainal Mahmud (Foto: Dokumen pesantren)
Samsul Huda
Kontributor
Kendal, NU Online
Meski di tengah pandemi Covid-19, Pesantren Tahfidz Al-Qur'aniyah Penanggulan, Pegandon, Kendal, Jawa Tengah tetap menggelar acara Haul ke-6 KH Ahmad Zainal Mahmud pendiri dan pengasuh pondok ini. Melalui kegiatan ini umat Islam dapat meneladani semangat almarhum yang haus ilmu.
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Mandzur Labib mengatakan, agenda haul bagi nahdliyin memiliki makna penting, tidak sekadar mengobati kerinduan tokoh yang dihormati, tetapi juga menjadi penyemangat untuk berupaya meneladani semua kebaikannya.
"Almarhum Kiai Ahmad Zainal Mahmud adalah sosok atau figur yang sangat haus ilmu. Meski sudah jadi kiai dan berkeluarga, keinginannya untuk ngaji tetap tinggi dan dijalani," kata Gus Mandzur dalam acara haul almarhum KH Ahmad Zainal Mahmud, Rabu (14/10).
Dikatakan, Kiai Zainal yang lahir di Blitar, Jawa Timur pada 21 Mei 1947 adalah putra pertama dari 13 bersaudara. Orang tuanya H Zainuri dan Hj Maesaroh Cucu KH Abu Bakar Kediri, Jatim mendidik kedisiplinan dan kemandirian yang tinggi sejak masa kecilnya.
"Di sela kesibukannya belajar di bangku SR pada waktu pagi hari dan madrasah diniyah di kampungnya pada malam hari, juga ditugasi orang tuanya untuk mengurus hewan ternak kambing dan kuda," ucapnya.
Dijelaskan, Kiai Zainal ngaji di Pesantren Lirboyo Kediri dijalaninya selama 7 tahun (1961-1968). Saat pulang kampung langsung berkhidmah ke masyarakat untuk membantu mendirikan masjid dan mengajar di madrasah yang ada di kampungnya serta aktif di Gerakan Pemuda Ansor.
"Hasratnya untuk menjadi hafidz Qur'an dipenuhinya dengan mondok ke Kudus di bawah asuhan KH Arwani pada tahun 1971. Hafalan 30 juz Al-Qur'an ditempuh dalam kurun waktu tujuh bulan," ungkapnya.
Dia menambahkan, dari Kudus Kiai Zainal mondok lagi ke Bumiayu Brebes Jateng. Masa lajang diakhirinya pada tahun 1972 ketika Kiai Abdullah Umar Semarang menjodohkan dengan salah satu putrinya, Zulfa.
"Setelah menikah bersama istrinya mondok ke Kediri untuk tabarrukan ngaji kitab Ihya' Ulumudin di Pesantren Tretek, Pare, Kediri sedangkan istrinya di Pesantren Bandar, Kota Kediri," jelasnya.
Disampaikan, ketika sudah punya anak satu, Kiai Zainal juga masih menyempatkan diri bersama istri dan anaknya untuk tabarrukan ngaji di Mbah Mangli Magelang Jawa Tengah selama satu tahun.
"Setelah itu Kiai Zainal menetap di Kauman, Penanggulan, Pegandon, Kendal dan pada tahun 1980 mendirikan pesantren khusus tahfidz Al-Qur'aniyah dan diresmikan langsung oleh KH Arwani Amin Kudus," pungkasnya.
Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua