Pringsewu, NU Online
Suatu hari seorang pemuda bertemu dengan orang tua buta yang tidak punya tangan dan kaki namun tekun beribadah. Ia tidak melakukan apapun kecuali beribadah dan berzikir. Sampai-sampai makanpun ia dapatkan dari semut yang membawa makanan dan masuk ke dalam mulutnya. Kondisi ini berlangsung puluhan tahun.
"Wahai anak muda, tanyakan pada Nabi Musa seperti apa bagus dan indahnya surga yang sudah disiapkan untukku yang setiap hari beribadah dan menyebut namaNya?," pesannya kepada sang pemuda.
Sang pemuda pun pergi ke tempat Nabi Musa. Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang perampok yang kejam. Si perampok ini awalnya akan merampok pemuda ini. Namun ia mengatakan pada perampok bahwa ia mendapat amanah dari seseorang untuk menemui Nabi Musa. Ia pun mengisahkan kondisi orang tua buta itu dan merasa iba. Sang perampok pun merasa sedih dan ingin bertaubat.
"Wahai anak muda, tanyakan juga pada Nabi Musa apakah dosaku yang telah merampok dan membunuh banyak orang ini bisa diampuni. Apakah aku pantas untuk masuk surga Allah SWT?," pesannya kepada anak muda itu.
Akhirnya, pemuda itu bertemu dengan Nabi Musa dan menceritakan semua kejadian tersebut. Ia pun menyampaikan amanat pertanyaan dari orang tua yang buta dan perampok jahat itu. Nabi Musa pun menjawab dengan tegas.
"Orang tua yang buta itu akan masuk neraka, dan perampok jahat yang insyaf itu akan masuk surga," kata Nabi Musa membuat kaget si pemuda itu.
Itulah sebuah kisah yang disampaikan Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pringsewu, Lampung KH Mahfudz Ali saat menjelaskan sebuah hadits qudsi dari Kitab Nashoihul Ibad karya Syekh Syihabuddin Ibnu Hajar al Asyqalani pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di aula Gedung NU Pringsewu, Ahad (8/3).
Kisah ini menurut Kiai Mahfudz mengingatkan hamba Allah agar tidak sombong pada amal ibadah yang dilakukan dengan yakin Allah akan memasukkannya dalam surga. Hal ini menurutnya jelas telah mendahului kehendak Allah. "Orang buta tadi tidak ingat kalau yang menjalankan semut ke mulutnya adalah Allah. Ia lupa juga kalau yang memberikan nafas kehidupan adalah Allah. Ia hanya ingat dan bangga kepada amal ibadahnya saja," tegas Kiai Mahfudz.
Sementara sang perampok yang insyaf, mendapat hidayah dari Allah dan benar-benar menjadi takut atas dosa-dosa yang telah ia perbuat. "Tidak ada yang tahu hidayah dari Allah kapan dan kepada siapa diberikan," katanya.
Namun Kiai Mahfudz juga mengingatkan agar umat Islam tidak terus pasif dengan pasrah semata. Usaha harus terus dilakukan karena memang Allah menciptakan manusia dengan berbagai fasilitas yang harus diusahakannya sendiri.
"Allah tidak zalim dengan hanya menciptakan makhluknya. Semua sudah diberi fasilitas yang harus diusahakannya. Allah berfirman, "Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku telah mengharamkan berbuat zalim atas diriKu dan aku jadikan ia di antara kamu sesuatu yang diharamkan, maka janganlah kamu saling menganiaya," katanya mengutip hadits qudsi.
Dalam lanjutan hadits qudsi tersebut Allah mengingatkan bahwa semua manusia sesat kecuali orang yang telah Allah beri petunjuk padanya. Oleh karenanya manusia harus minta petunjuk pada Allah dan niscaya Allah akan memberi petunjuk.
Semua manusia juga dalam keadaan lapar, kecuali orang yang telah Allah beri makan, maka mintalah kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya. Semua manusia pun telanjang, kecuali orang yang telah Allah beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada Allah, niscaya Allah memberinya.
"Sesungguhnya manusia berbuat dosa di waktu malam dan siang hari, sedang Allah mengampuni segala dosa, maka mintalah kamu ampunan kepada Allah, niscaya Allah mengampuni segala dosa," pungkasnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin