Daerah HARLAH KE-95 NU

Katib NU Jatim Ingatkan Selalu Siaga Melawan Penjajah

Selasa, 10 April 2018 | 04:30 WIB

Katib NU Jatim Ingatkan Selalu Siaga Melawan Penjajah

KH Syafrudin Syarif

Sumenep, NU Online

Makna dari peringatan  hari lahir atau harlah ke-95 Nahdlatul Ulama adalah senantiasa waspada terhadap segala penjajahan. Apalagi NU akan memasuki usia satu abad. Genderang perang terhadap segala jenis penjajahan senantiasa harus diingatkan.


“Menjelang satu abad NU, maka warga dan fungsionaris jamiyah harus berani melawan para penjajah,” kata KH Syafrudin Syarif, Senin (9/4) malam. 


Hal tersebut diingatkan Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur pada penutupan rajabiyah yang  diselenggarakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU)Kecamatan Rubaru, Sumenep, Jawa Timur.


"Semenjak awal, NU berkomitmen untuk melawan para penjajah," tegasnya di hadapan undangan yang hadir.  Penjajahan saat ini tentu akan berbeda dengan yang terjadi kala perang kemerdekaan, lanjutnya.


Kegiatan rajabiyah di MWC NU Rubaru dimulai sejak tanggal 1 April sampai dan ditutup dengan pengajian umum yang menghadirkan KH Syafrudin Syarif. 


Pada kegiatan ini tampak hadir pula Bupati Sumenep, PCNU Kabupaten Sumenep dan seluruh Banom serta tokoh masyarakat Kecamatan Rubaru.


Ketua MWC NU Rubaru, Kiai Sadik  menyampaikan bahwa kegiatan adalah dalam upaya membangkitkan kembali kepengurusan NU setempat. 


"Sudah saatnya MWC NU Rubaru melakukan penyegaran terhadap semua lapisan kepengerusan, termasuk badan otonom yang ada," ungkapnya.


KH Panji Taufiq, selaku Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Sumenep mengemukakan bahwa kepenguirusan Rubaru harus bangkit. “NU Rubaru harus segera menyegarkan kembali setiap jengkal elemen yang ada untuk berkhidmat secara lebih optimal,” katanya.


Secara khusus, Kiai Panji berharap agar kepengurusan yang ada untuk kembali menyapa NU di jajaran kampung dan desa. “NU Rubaru sudah saatnya menunjukkan kiprahnya bersama MWC NU yang lain di Sumenep," ujarnya.


Di akhir sambutan, Kiai Panji mengingatkan bahwa para pendiri dan pendahulu NU selalu menyempatkan untuk menyapa masyarakat hingga ke desa maupun kampung. “Mari hidupkan kepengurusan di desa dan kampung karena NU adalah wadah ulama yang menjaga tradisi para pendahulu," tandasnya. (Mahrus/Ibnu Nawawi)