Rais Syuriyah PCNU Kudus KH M Ulil Albab Arwani saat berbicara pada Resepsi 1 Abad NU di Kudus, Selasa (14/2/2023). (Foto: YouTube Suara Nahdliyin Channel)
Afina Izzati
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kudus, KH M Ulil Albab Arwani, mengungkapkan pentingnya ikhlas dalam mengikuti ormas keagamaan Nahdlatul Ulama (NU). Karena mengikuti NU sama halnya dengan ibadah.
“Kita mengikuti NU harus ikhlas, artinya hanya karena Allah swt. Allah tidak akan menerima ibadah kita jika tidak ikhlas,” ujarnya dalam peringatan Resepsi 1 Abad NU, PCNU Kabupaten Kudus yang ditayangkan oleh YouTube Suara Nahdliyin Channel, Selasa (14/2/2023) dilihat NU Online, Jumat (17/2) malam.
“Maka marilah kita sebagai pengurus NU baik itu tingkat cabang hingga ranting harus ikhlas hanya karena Allah, tidak karena siapa-siapa dan tidak karena apa-apa,” ajak Gus Bab, sapaan akrabnya.
Gus Bab menuturkan bahwa jangan mengerjakan tugas hanya karena ada seseorang atau kiai-kiai tertentu. Ada ataupun tidak ada orang, tetap harus dikerjakan. Meskipun dipuji maupun dicela tetap harus istiqamah dalam melaksanakannya.
“Maka dari itu, kita harus bersatu. Jika kita bisa bersatu, maka akan menjadi kekuatan tersendiri. Kita bersatu jika kita mengikuti pimpinan, mengikuti organisasi dengan keikhlasan,” tandasnya.
Ia menambahkan, Rasulullah saw pernah bersabda yang artinya: barangsiapa yang taat kepadaku maka taatlah kepada Allah swt. Barang siapa yang mendurhakaiku, maka mendurhakai Allah. Siapa yang mengikuti pimpinannya maka berarti taat kepadaku. Barangsiapa mendurhakai pimpinannya, maka berarti mendurhakaiku. (HR Imam Muslim).
“Oleh karena itu, kita harus bersatu menaati perintah-perintah para sesepuh kita. Jika tidak, nanti kita bisa kuwalat,” tandas Gus Bab.
Merawat NU
Pada kesempatan yang sama, Ketua PCNU Kudus KH Asyrofi Masyitho mengungkapkan bahwa Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari pernah memberikan motivasi kepada warga Nahdliyin untuk tetap merawat NU karena akan dianggap sebagai santrinya.
“Beliau berkata, ‘Barang siapa yang mau merawat NU maka akan kuanggap santriku. Siapa yang kuanggap santri, maka akan kudoakan khusnul khatimah hingga anak cucunya.’ Kita akan disamakan dengan santri-santri Mbah Hasyim Asy’ari, misalnya Mbah Arwani Amin Kudus,” kata Kiai Asyrofi.
Menurut sebuah riwayat, lanjut dia, Hadratussyekh Hasyim Asy’ari pernah mengaji hadits langsung kepada Imam al-Bukhari, ngaji fiqih langsung kepada Imam Syafi’i, Ngaji Tasawuf langsung kepada Imam al-Ghazali dan Imam Junaidi al-Baghdadi.
“Setelah mendapatkan ijazah dari Imam Khalil Bangkalan, Hadratussyekh langsung bisa mengaji kitab yang banyaknya kalo dihitung bisa sampai 120 tahun. Tetapi, Mbah Hasyim Asy’ari bisa menyelesaikannya dalam satu malam,” ungkapnya.
“Beliau adalah pendiri Pesantren Tebuireng yang alhamdulillah hampir semua pendiri NU dan para ulama Indonesia pernah mondok di sana,” pungkas Kiai Asyrofi.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
3
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua