Pekalongan, NU Online
Dalam pentas budaya yang digelar Pengurus Cabang Lembaga Seniman Budayawan Indonesia (Lesbumi) Kabupaten Pekalongan, Sabtu (28/7) di Pendopo Bupati di Kajen, pihaknya juga menggelar dialog budaya.
Dengan mengangkat sosok Ki Ageng Cempaluk, Lesbumi menghadirkan beberapa narasumber yakni Eko Ahmadi selaku Ketua PC Lesbumi Kabupaten Pekalongan, Joko Heru Ketua DKD, dan Agus Sulistyo Sekretaris DKD.
Wakil Ketua PC Lesbumi abupaten Pekalonngan kepada NU Online mengatakan, sejarah dan sosok Ki Ageng Cempaluk yang hampir jarang sekali di kenal oleh warga Pekalongan, perlu kembali dihadirkan, agar masyarakat Kabupaten Pekalongan tidak mudah terlupakan.
"Padahal Ki Ageng Cempaluk adalah sosok yang sudah ada sebelum Ki Bahurekso, yang dikenal sebagai pembabat Alasroban dan Alas Gambiran yang juga dikenal dengan istilah topo Ngalong-nya. Karena Ki Ageng Cempaluk adalah ayah dari Ki Bahurekso," ujarnya.
Dikatakan, rancang Bangun Budaya Ki Ageng Cempaluk adalah satu gambaran tentang betapa luar biasanya Ki Ageng Cempaluk yang menjadi awal cikal bakal terbentuknya Kabupaten Pekalongan. Semangat yang ada pada dirinya patut untuk kita jadikan semangat mengembangkan nilai-nilai Budaya, Seni, Pendidikan, Perekonomian yang ada di Kabupaten Pekalongan.
"Dengan semboyan Meruwat Budaya Merawat Tradisi diharapkan Budaya dan seni yang ada di Kabupaten Pekalongan bisa terus eksis dan berkembang," ajaknya.
Ketua Dewan Kesenian Daerah (DKD) Joko Heru memaparkan tentang sosok Ki Ageng Cempaluk yang menurutnya nama Cempaluk itu menjadi nama dari pohon asem, yang memiliki filosofi Jawa dan bisa dijadikan sebagai motivasi kita semua untuk terus mengembangkan nilai-nilai budaya dan apapun yang ada di Kabupaten Pekalongan.
Sementara Sekretaris DKD Agus Sulistyo yang juga sejarawan, telah banyak mencari sejarah-sejarah Kabupaten Pekalongan, dan menurutnya, sejarah yang telah berhasil dia temukan tentang Kabupaten Pekalongan dalam bentuk tekstual/manuskrip sebagai acuan agar sebuah sejarah dapat diakui, telah menemukan sosok yang di kenal sebagai Ki Ageng Cempaluk.
Meskipun beliau meyakini, bahwa sejak abad 2, nama-nama desa di Kabupaten Pekalongan sudah ada, namun teks sejarah yang menggambarkan sosok yang bisa dijadikan sebuah Icon ada pada masa Ki Ageng Cempaluk yang makamnya ada di Kecamatan Kesesi.
Acara pentas dan dialog budaya ditutup dengan pembacaan teks Pancasila, menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu Yalal Wathon dan diakhiri dengan berjabat tangan diiringi dengan bacaan shalawat. (Muiz)