Mahasiswa Baru STISDA Lamteng Harus Jadi Intelektual-Santri, Santri-Intelektual
Selasa, 1 September 2020 | 18:30 WIB
Suasana Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) bagi mahasiswa baru. (Foto: Dok. STISDA Lamteng)
Akhmad Syarief Kurniawan
Kontributor
Lampung Tengah, NU Online
Selama empat tahun ke depan atau lebih, para mahasiswa akan mengalami proses pendidikan tinggi bernafaskan lingkungan pesantren. Oleh karena itu, hendaknya para mahasiswa bersiap menjadi intelektual yang santri atau santri yang intelektual.
Demikian disampaikan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Darusy Syafa'ah (STISDA) Lampung Tengah (Lamteng), H Andi Ali Akbar, di sela agenda Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) bagi mahasiswa baru tahun akademik 2020/2021.
“Mahasiswa era milenial harus terus menjaga karakternya yang mandiri, tekun, jangan putus asa, pantang menyerah,” ujar H Andi di aula kampus yang beralamat di Jl Jenderal Sudirman Dusun Kotasari I, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lamteng, Provinsi Lampung, Rabu pekan lalu.
Sebagai bagian dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), lanjut dia, pihaknya mempunyai tanggung jawab untuk mengisi ruang-ruang kosong yang ada dalam lingkungan masyarakat kelak.
“Ini dimulai sejak dari kampus di mana kalian ditempa. Jadilah intelektual yang santri, atau santri yang intelektual," tambah Doktor jebolan UIN Sunan Ampel Surabaya Jawa Timur ini.
Kaprodi Hukum Keluarga Islam STISDA Lamteng Muhammad Sirojuddin Shiddiq menambahkan, menjadi mahasiswa harus rajin membaca buku, berdiskusi, dan berdialektika dengan lingkungan sekitar.
“Di era digital yang semakin cepat ini, mahasiswa harus menguasai teknologi informasi. Jangan menjadi mahasiswa yang pasif. Sebaliknya, kalian harus responsif dan peka terhadap problem masyarakat. Mulai isu-isu lokal hingga nasional. Bahkan, internasional,” tandasnya.
Ketua PAC GP Ansor Punggur Lamteng ini menambahkan, dengan ciri khas perguruan tinggi berbasis pesantren, wajah STISDA Lamteng merupakan bagian dari Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) yang ada di Indonesia.
“Oleh karena itu, maka kalian selama kuliah di kampus hijau ini berproseslah dalam wadah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),” tegas alumnus Pascasarjana IAIN Metro Lampung ini.
Menurut Sirojuddin, cikal bakal perguruan tinggi berbasis pesantren ini telah dirintis beberapa tahun lalu, tepatnya pada 2014 oleh KH Ngaliman Marzuki selaku pengasuh utama Pesantren Darusy Syafa'ah Kotagajah Kabupaten Lamteng.
“Setelah beberapa tahun, akhirnya terbitlah perizinan berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (SK Ditjen Pendis) Kemenag Nomor: 3379 Tertanggal 16 Juni 2017, STIS Darusy Syafa'ah Lamteng membuka dua program studi, yakni Ekonomi Syariah dan Hukum Keluarga Islam,” tutupnya.
Kontributor: A Syarief Kurniawan
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua