Semarang, NU Online
Pesantren Durrotu Ahlussunnah Waljamaah atau PP Durrotu Aswaja (PPDA) yang terletak di Desa Banaran Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, Jawa Tengah memilih memanfaatkan masa pandemi dengan melakukan karantina pada para santri.
Masa karantina disebut pengasuh PP Durrotu Aswaja K Agus Ramadhan sebagai masa penguatan karakter aswaja para santri. "Kita manfaatkan masa karantina untuk menguatkan karakter aswaja para santri," kata Kiai Agus usai mengaji, Ahad (3/5) malam.
Para santri lanjutnya, memiliki tugas lain sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Semarang (Unnes), sebuah kampus negeri yang biasa menjadi lahan berjuang menegakkan nilai-nilai aswaja Nahdlatul Ulama (NU) di antara berbagai organisasi kemahasiswaan yang ada.
"Karena lazimnya mahasiswa juga aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Untuk itu, organisasi kemahasiswaan badan otonom (Banom) NU maupun yang berafiliasi dengan NU harus dikuatkan oleh mahasiswa yang memiliki latar belakang santri," tandasnya.
Perlu diketahui, adanya wabah global Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) juga mengakibatkan para santri memilih tetap di pondok daripada harus pulang dan menjalani karantina bersama yang justru memiliki risiko tertular Covid-19 dari para pemudik.
"Pasanan tahun ini kita harapkan karakter aswaja dan keNUan bisa didalami betul agar nanti semasa kondisinya sudah pulih bisa kembali belajar dan berjuang di kampus dengan kemampuan yang prima," jelasnya.
Meski begitu, Sekretaris Pengurus Cabang Rabithah Maahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Kota Semarang memberikan izin pulang atau kembali ke pondok dengan catatan ada surat keterangan dari Puskesmas.
"Insyaallah nanti tanggal 16 Ramadhan kita kerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan surat keterangan bebas Covid-19 bagi yang ingin pulang, besok kembali ke pondok juga begitu, dicek kesehatannya," ungkapnya.
Sementara Lurah pondok putra Muhammad Dinar Amin menyebut, dari jumlah total santri putra 175 orang dan santri putri 300 orang yang saat ini masih tinggal di pesantren hanya 103 santri.
"Mereka ini tidak bisa pulang karena ada aturan yang masih di pesantren dilarang pulang dan yang sudah di rumah juga terpaksa tidak bisa mengikuti program pasanan karena aturan dilarang kembali selama masa pandemi ini," terangnya.
Dikatakan, meski Ramadhan tahun ini menjadi lebih sepi daripada tahun sebelumnya, namun semangatnya tetap sama. Selain itu, banyak kegiatan Forum Kajian dan Amalan Ramadhan (FKAR) yang tidak bisa dilaksanakan di tahun ini, khususnya yang berhubungan dengan pihak luar, pun demikian tidak memungkinkan dilaksanakan secara intern.
"Sekarang yang masih terlaksana ngaji pasanan yang diikuti oleh beberapa santri yang masih stay di pondok dan digencarkan dengan media online, agar santri yang sudah terlanjur pulang kampung tetap bisa ngaji juga," bebernya.
Selain itu sambungnya, satu kegiatan lagi yang tetap dilaksankan tapi dengan prosedur yang berbeda dari tahun kemarin yaitu zakat.
"Tahun kemarin pendistribusian dilaksakan oleh pihak kita yang mendatangi mustahik zakat, namun rencana tahun ini, mereka yang diundang untuk ke pondok," ujarnya.
Kontributor : Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz