Tanggamus, NU Online
Sebuah sekolah di Tanggamus, Provinsi Lampung mengembangkan ecobrick. Adalah Raudatul Athfal (RA)Â dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)Â Mathla'ul Anwar Kebumen yang terletak di Banjar Agung Udik, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, di mana setiap siswanya memiliki tempat sampah plastik sendiri.
Kepala MI Mathla'ul Anwar, Nurul Halim mengatakan, Sabtu (22/6) pengembangan tersebut terinspirasi dari Asinfokom Satkornas Banser, Gatot Arifianto. Â
"Inspirasinya dari Sahabat Gatot Arifianto, Asinfokom Satkornas Banser. Kami berbincang bagaimana anak didik bisa ramah terhadap lingkungan," ujar Halim.Â
Dengan ecobrick, para siswa dapat langsung membuang sampah plastik dengan memasukkan ke dalam botol yang mereka milikki. Botol-botol yang sudah terisi penuh oleh sampah plastik dapat dimanfaatkan untuk membuat kreasi kerajinan lainnya. Dengan adanya ecobrick selain mengurangi sampah, juga dapat mendatangkan manfaat tambahan.
Peluncuran program tersebut dilakukan pada acara akhirussanah. "Satu karung sampah plastik bersih bisa dimasukan dalam satu botol plastik mineral 1.500 mililiter," kata Halim lagi.
Di depan ratusan wali murid dan undangan yang hadir, Halim berharap pengelolaan ecobrick menjadi kebiasan anak didiknya. "Jadi mohon dukungan Ibu dan Bapak saat di rumah," imbuhnya.
Sementara itu Gatot Arifianto mengatakan, terkait persoalan sampah, Indonesia ialah negara peringkat dua pembuang sampah plastik di laut. Dampak negatif sampah plastik di tanah juga tidak sejalan dengan harapan pendidikan.Â
"Kita berharap generasi kita mendatang berkualitas. Tapi itu akan menjadi omong kosong, jika tanah tercemari sampah plastik. Maka air yang merupakan unsur penting tubuh manusia juga akan tercemari," Gatot menambahkan.
Sampah plastik, lanjut Gatot, terurai kurang lebih selama 50 tahun. "Perlu gerakan dan kesadaran bersama mengatasinya," ujar Gatot. (Abdullah Maksum/Kendi Setiawan)