Daerah

MTs Nurul Islam Jepara Kantongi Segudang Prestasi Lewat Seni Kaligrafi

Jumat, 18 Desember 2015 | 15:01 WIB

Jepara, NU Online
Sejak tahun 2006 silam MTs Nurul Islam Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah memasukan Kaligrafi sebagai pelajaran muatan lokal. Sejak itu madrasah ini memiliki segudang prestasi utamanya seni kaligrafi.<>

Mulanya, orang yang diamanati untuk mengajar kaligrafi ialah H Nur Ichwan. Waktu itu madrasah masih dipimpin Ribhan. Kemudian, bertemulah Ichwan dengan Ahmad Jamaludin pada momen kegiatan kaligrafi di Semarang. Saat itu Ichwan delegasi asal Jepara sedang Jamaludin delegasi Kudus.

Karena Ichwan sudah mengetahui kiprah Jamal ia meninggalkan nomer ponsel kepada guru kaligrafinya, Aufa. Tujuannya agar Jamal bersedia mengontaknya. Alhasil Jamal bergabung dengan MTs Nuris, begitu masyarakat menyingkat madrasah tersebut.

Sejak bergabung jebolan STAIN Kudus itu diamanati untuk memegang mapel Kaligrafi. Selama sepekan sekali 250an siswa memperoleh materi kaligrafi 2 jam pelajaran. Ia mengajar sendiri. Tanpa didampingi guru-guru lain.

Setiap jenjang memperoleh materi khat berbeda. Kelas VII materi Naskhi, kelas VIII Sulus dan kelas IX Diwani. Untuk materi lain yang kadang diajarkan ialah Rib'ah.

Karena masuk dalam mapel, lelaki kelahiran 06 November 1981 itu mengaku menemui sejumlah kendala. "Kendalanya mereka masih anak-anak. Jadi mereka ikutnya masih mencari nilai," akunya saat ditemui NU Online, Selasa (15/12) lalu.

Meski terganjal kendala tetapi ia menyebut masih ada sekitar 20 persen siswa yang minat. Kepada peserta yang minat itulah ada pendekatan khusus yang ia tempuh. Semaksimal mungkin dirinya memberikan pengarahan.

Hasilnya dari ratusan siswa yang ada tiap tahun pelajaran sekitar ada puluhan murid yang berbobot. "Setiap ada even bisa dipastikan memperoleh penghargaan. Baik tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi," sebut Jamal.

Strategi

Pelajaran kaligrafi tidak lepas dari praktik. Pada jam menulis khat itu siswa wajib membawa pensil/spidol khat serta buku garis. Saat itu siswa yang sedang diajar mengerjakan perintah dari sang guru.

Pada saat UTS serta UAS soalnya juga tidak dari tulis menulis indah itu. Misal menulis huruf maupun surat pendek. Jika even lomba tiba ia menggenjot siswa untuk berlatih hingga menjadi juara.

Tiga tahun terakhir, madrasah yang bernaung di bawah Kemenag Jepara itu tidak sepi juara. Tahun 2013 memperoleh Juara I tingkat Kabupaten, tahun berikutnya juara I dan III. Dan tahun ini juara I dan II.

Tahun ini pula madrasahnya berhasil memboyong juara tingkat provinsi juara I dan III. "Sejak 2006 sampai sekarang jumlah piala yang didapat jika dihitung sekitar 50an lebih," kata lelaki yang mendarmabaktikan untuk kaligrafi. Untuk juara meliputi dekorasi, lukis, naskah, hiasan dan mushaf.

Agar bibit-bibit unggul kaligrafi tetap lestari madrasah yang berada di belakang masjid Al Makmur itu menggelar pelatihan kaligrafi tingkat MI sederajat se-kecamatan Kalinyamatan, Welahan dan Mayong. "Pesertanya lumayan. Ada seratusan anak-anak," lanjutnya.

Digelarnya kegiatan itu tidak lain memberikan bekal kegiatan lomba Mapsi. Karena kaligrafi menjadi salah satu even lomba. Strategi lain yang ingin digalakkan ialah membentuk komunitas sebagai jejaring kaligrafer Nuris dan yang lain. Juga kegiatan pameran karya.

Untuk menggelar sebuah even membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sehingga pihaknya mengharapkan pemerintah untuk mendukung kegiatan kaligrafi di Jepara.
 "Selain perlu sering mengadakan even. Pemerintah juga perlu memberikan anggaran yang maksimal kegiatan tersebut," pinta Abdul Rohman Waka Kesiswaan MTs Nurul Islam.

Karena masih minim dukungan menurut lelaki yang kerap disapa Maman itu menyebabkan madrasah yang konsisten menggarap kaligrafi masih jarang. Berbeda dengan kabupaten tetangga Kudus dan Pati.

Pihaknya juga dengan tegas siap menerima semua elemen yang ingin belajar kaligrafi. "kami siap berbagi ilmu kepada siapa saja utamanya kaligrafi," papar lulusan UIN Yogyakarta ini.

Puluhan hasil kejuaraan  yang telah diraih madrasah menurut Kepala madrasah, Ali Ashari masih belum seberapa. Cita-cita yang belum tercapai hingga kini ialah memperoleh juara nasional.

"Semoga cita-cita ini akan terwujud. Tentu dengan kerjasama antara murid dan pendidik juga didukung dengan regenerasi yang terus-menerus. Termasuk dukungan penuh dari pemerintah setempat," harap Ali yang lulusan UPGRIS, dulu IKIP PGRI Semarang. (Syaiful Mustaqim/Fathoni)