Daerah

NU Jatim: Banyak Musibah, Saatnya Bersahabat dengan Alam

Rabu, 6 Desember 2017 | 04:47 WIB

Surabaya, NU Online
Sejumlah kejadian berupa bencana alam menimpa beberapa kawasan di negeri ini, termasuk di Jawa Timur, khususnya Pacitan. Di samping meningkatkan kebersamaan, kesadaran yang harus selalu dibangun adalah bagaimana manusia menjaga keseimbangan dengan alam.

"NU Jawa Timur tentu saja merasa prihatin atas musibah yang melanda Pacitan dan sekitarnya," kata Akhmad Muzakki, Rabu (6/12).

Bagi Sekretaris PWNU Jatim tersebut, kejadian di Pacitan sebagai musibah yang di luar kontrol manusia. "Karenanya, kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya," katanya saat ditemui di Kantor PWNU jatim, jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya.

Untuk meringankan beban, kepada seluruh warga di manapun berada khususnya di Jawa Timur didorong untuk turut peduli. "Agar para korban tidak merasa sendirian," kata guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini.

Hal tersebut penting dilakukan karena semua sebagai bagian dari masyarakat. "Kita juga bertanggungjawab meringankan beban yang mereka pikul. Karenanya dianjurkan kepada saudara yang ada di kawasan lain untuk peduli dengan penderitaan saudara di Pacitan," jelas mantan Ketua PW LP Ma'arif NU Jatim ini. Dirinya juga mendorong kepada semua pemangku kebijakan untuk bahu-membahu meringankan beban mereka yang tertimpa musibah di Pacitan, lanjutnya.

Terhadap berbagai musibah yang kerap melanda, hal yang jauh lebih penting adalah bagaimana membangun kesadaran baru dengan alam. "Bahwa  alam kalau tidak menemukan keseimbangan, tentu akan melakukan respon. Sunnatullah kalau dilanggar juga begitu," katanya .

Mindset baru yang harus dibangun adalah harus bersahabat dengan alam. "Juga dengan Sang Khaliq yakni meningkatkan spiritualitas karena hal tersebut sebagai kebutuhan semua," tandasnya.

Dan ketika terjadi sejumlah peristiwa alam seperti ini, tanggap bencana bukan lagi tugas pemerintah maupun ormas. "Semua menjadi tanggung jawab kita bersama," pungkasnya. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi)