NU Kencong dan Jember Imbau Nahdliyin Jaga Kerukunan Jelang Pilkada
Senin, 15 Juni 2020 | 19:00 WIB
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Kendati masih dalam status darurat Corona, namun kini aktivitas politik kembali mengemuka, termasuk di Jawa Timur. Para bakal calon bupati tampaknya sudah tidak sabar untuk melanjutkan ‘kampanye’ setelah libur selama Ramadhan. Lebih-lebih pemilihan kepala daerah (Pilkada) semakin dekat. Yang menarik, sejumlah tokoh NU juga ambil bagian dari keriuhan Pilkada Jember Desembar tahun ini.
Menurut Ketua PCNU Kencong, Kabupaten Jember, H Zainil Ghulam, keikutsertaan para tokoh NU dalam perhelatan politik, termasuk Pilkada, sah-sah saja. Tidak ada masalah. Sebab sebagai warga negara Indonesia, mereka juga mempunyai hak politik yang dijamin oleh undang-undang.
“Perlu diingat bahwa Nahdliyin, pengurus NU, pengurus lembaga, pengurus badan otonom, juga memiliki hak politik yang sama dengan warga Indonesia lainnya. Mereka bisa memilih dan dipilih,” ucapnya kepada NU Online di sela pembagian sembako di SMK Perikanan dan Kelautan, Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Jember, Ahad (14/6).
Alumnus Islam Call College, Libya itu menambahkan bahwa syahwat politik warga NU cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat dari berbagai perhelatan Pilkada yang hampir selalu melibatkan kader NU, bahkan hingga lebih dari satu pasangan. Meskipun demikian, Gus Ghulam, sapaan akrabnya, berharap agar siapa pun dan berapa pun calon bupati yang berlatar belakang NU, tidak perlu menimbulkan perpecahan di kalangan warga NU, terutama para pengurus.
“Tak perlu saling gontok-gontokan sesama calon dan pendukungnya. Tetap bersatu meskipun beda pilihan,” jelasnya.
Di tempat yang sama, A’wan Syuriyah PCNU Jember, H Misbahus Salam menyatakan betapa pentingnya persatuan dan kerukunan warga NU, khususnya dalam menghadapi Pilkada. Ia mengaku miris jika misalnya sampai terjadi perseteruan antar pengurus NU hanya karena berbeda pilihan.
Katanya, kebersamaan dan kerukunan perlu ditunjukkan oleh pengurus NU di semua tingkatan dalam menghadapi Pilkada dan ajang politik lainnya.
“Warga NU di tingkat akar rumput, sebenarnya tidak terlalu ambil pusing dengan urusan politik. Mereka hanya butuh makan dan minum tidak repot. itu saja. Tapi jika pengurusnya tidak dewasa dalam berpolitik, pasti sedikit banyak berpengaruh pada sikap mereka,” terangnya.
Ia menegaskan, politik merupakan bagian dari infrastruktur untuk mengabdi kepada masyarakat. Banyak sekali kegunaan politik, bukan sekadar perahu menuju kekuasaan. Semua tergantung niatnya, bisa untuk ibadah dengan kekuasaan itu. Bisa juga mengantarkan pelakunya kepada jurang kehancuran.
“Karena itu, politik dengan kekuasaannya, harus diniatkan untuk ibadah, yakni sebagai lahan pengabdian bagi masyarakat, bangsa, dan agama,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua