Ketua NU Kencong Jember Ingatkan Jaga Kekompakan Saat Pendemi
Jumat, 12 Juni 2020 | 14:45 WIB
Suasana halal bihalal dan istighotsah NU Kencong yang digelar secara Daring, Kamis (11/6). (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Pengurus Nahdlatul Ulama di semua tingkatan harus kompak dan menyatu dengan warga atau Nahdliyin. Sebab hal tersebut merupakan modal penting untuk berjuang menghadapi tantangan yang semakin kompleks saat ini dan di masa-masa mendatang.
Demikian disampaikan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kencong, Kabupaten Jember, Jawa Timur, H Zainil Ghulam saat menyampaikan pengarahan pada Halal Bihalal dan Istighotsah NU Kencong yang digelar secara Daring, Kamis (11/6) malam.
Menurutnya, kekompakan dan kebersamaan adalah syarat utama bagi eksisnya sebuah organisasi. Sebab, meskipun besar tapi di internal tidak rukun, maka organissi itu sesungguhnya kecil. Katanya, organisasi besar karena bersatu, dan kecil karena bercerai-berai. Sehingga betapapun banyaknya jumlah anggota sebuah organisasi tapi tidak rukun, maka besarnya tidak banyak memberikan manfaat.
“Karena itu, untuk menjadi organisasi yang kuat, maka pengurus NU dan Nahdliyin harus kompak, utuh dan selalu menjalin kebersaman. Kalau kita kompak dan utuh, siapapun yang akan menyerang, tidak mempan. Kompak itu modal penting untuk berjuang,” jelasnya.
Alumnus Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo itu menambahkan bahwa kekompakan (NU) yang mumpuni didasari oleh adanya kesamaan dalam beberapa hal. Yaitu sama dalam amaliah (amalan), harakah (gerakan), dan fikrah (pemikiran)-nya.
“Yang menjadi pengikat kebersamaan itu adalah amalan, gerakan maupun pemikirannya sama. Yaitu sama-sama bersandar kepada Ahlussunnah wal Jama'ah,” tegasnya.
Di bagian lain, Gus Ghulam menekankan pentingnya pengurus dan Nahdliyin untuk mengedepankan tawasuth (moderat) tasamuh (toleransi), tawazun (seimbang), dan ‘adalah (adil) dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Diakuinya, selama ini NU dikenal sebagai organisasi yang moderat dan menjunjung tinggi tolerasi, sehingga dalam menyikapi berbagai masalah yang ada, NU selalu menghadirkan ‘kepuasan’ di tengah-tengah masyarakat.
“Baik dalam masalah kenegaraan maupun keagamaan, kita selalu moderat,” ucapnya.
Begitu juga dalam bergaul dengan sesama manusia yang berbeda latar belakang agama dan budayanya, NU selalu mengedepankan toleransi. Dan toleransi itulah yang menjadi lem perekat di tengah kebhinekaan bangsa Indonesia. Karena itu, tanpa membudayakan toleransi, maka kebhinekaan itu akan menjadi bom waktu yang bakal meluluh-lantakkan segalanya.
“Maka sekali lagi, betapa pentingnya tasamuh itu. Tawazun dan ‘adalah juga penting” ungkapnya pada acara yang disiarkan dari kantor PCNU Kencong, Jember itu.
Sementara Rais PCNU Kencong, Kiai Achmad Laiq Athoillah mengajak seluruh pengurus dan kader NU untuk tidak putus dalam bersilaturahim, bahkan berkoordinasi dengan pemerintah setempat dalam melaksanakan kegiatan ke-NU-an.
“Koordinasi itu juga sebagai dakwah secara struktural,” ucapnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua