Pringsewu, NU Online
Peristiwa kekerasan atas nama agama atau kekerasan yang dilakukan oleh orang dengan membawa simbol agama, belakangan ini masih saja terjadi meskipun beberapa orang pelakunya sudah banyak yang dihukum berat bahkan hukuman mati. Namun selalu tumbuh pengikut dan pelanjutnya yang semakin banyak di mana-mana.
Pola pikir radikal juga sudah merasuki masyarakat akibat kurang selektif dalam memilah dan memilih informasi yang saat ini tak bisa terbendung. Islam yang menghormati nilai-nilai budaya lokal (local wisdom) peninggalan para Walisongo kini sudah memudar seiring dengan munculnya kelompok-kelompok Islam garis keras yang cenderung memaksakan kehendak, menabrak norma dan kehilangan akal sehat.
Ada juga kelompok yang berusaha mengubah dasar negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menjadi negara yang berdasarkan Khilafah Islamiyah.
Kondisi ini menjadi keprihatinan sendiri Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pringsewu, Lampung KH Hambali. Kepada NU Online Ia mengatakan bahwa kelompok-kelompok ini telah mengingkari kesepakatan para pendiri bangsa yang sudah susah payah bersepakat untuk mendirikan negara berdasarkan Pancasila yang bisa diterima oleh semua golongan.
"Khilafah dan intoleransi tidak cocok dengan konsep negara kesatuan yang masyarakatnya multi etnis, multi agama dan budaya," tegasnya di kediamannya di Pringsewu Barat, Rabu (22/1).
Ia menambahkan bahwa Islam melarang umatnya memaksakan kehendak, termasuk dalam berdakwah untuk menyebarkan agama di tengah masyarakat. Al-Qur’an sendiri mengajarkan agar dakwah dilakukan dengan bijak dan memperhatikan kondisi masyarakat yang diseru dengan nasihat dan dialog secara baik.
Peran dai atau mubalig sangat strategis dan menjadi panutan dalam masyarakat dalam menyebarkan pemahaman tentang Islam yang benar, Islam yang damai, Islam yang sejuk dan menenteramkan bagi semua orang, bahkan bagi alam semesta.
"Menghadapi fenomena ini, para dai moderat harus dimaksimalkan perannya untuk mewarnai dunia nyata maupun maya dan medominasikan Islam wasathiyah," tegas kiai yang juga Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pringsewu ini.
Langkah ini dilakukan dengan penataan, pembekalan, dan pelatihan kader dakwah yang berwawasan moderat (wasathiyah) , yang mencintai tanah air (hubbul Wathan) dan perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini untuk menjaga agar tetap tegaknya NKRI, Pancasila dan UUD NRI 1945 dari tafsir-tafsir lain yang bisa merusaknya baik kelompok radikal maupun liberal.
Di antaranya langkah nyata MUI Pringsewu adalah dengan menggelar Akademi Dai Wasathiyah (ADW) bagi para dai dan mubalig. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama dua hari pada 25-26 Januari 2020 di Gedung NU Pringsewu. ADW akan diikuti oleh 100 mubalig yang merupakan utusan MUI kecamatan se-Kabupaten Pringsewu, Ormas Islam, perguruan tinggi, sekolah dan para penyuluh agama.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin