Daerah

PCINU Turki Beserta Komunitas Indonesia di Istambul Gelar Isra Mi’raj

Jumat, 28 April 2017 | 08:33 WIB

Istambul, NU Online 
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Turki (PCINU Turki) bekerja sama dengan Masyarakat Indonesia di Istanbul (MII), serta Perhimpunan Pelajar Indonesia Istanbul (PPI Istanbul) memperingati Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW 1438 H di Istanbul, Turki, baru-baru ini. 

Acara yang dimulai dari pukul 12.30 waktu setempat ini diikuti oleh sekitar lima puluh orang, baik warga Turki maupun warga negara Indonesia yang sedang belajar, bekerja, atau memang hidup di Turki.

Dalam acara tersebut, hadir pula Perwakilan Konsul Jenderal KJRI Bidang Sosial dan Budaya, Harlan Hakim serta penceramah utama Prof Dr Syaikh Muhammad Fadhil Al Jaelani. Ia merupakan cucu ke-8 dari Sulthonul Awliya’ Syaikh Abdul Qodir Jaelani. Syaikh Fadhil juga kerap kali datang dan memberikan ceramah agamanya di Indonesia. 

Acara juga dihadiri oleh Ketua MII, Fardal Dele Yilmaz, Rais Syuriyah PCINU Turki, Amirullah Asyarie, Ketua Tanfidziyah PCINU Turki, Yafik Mursyid, serta perwakilan organisasi-organisasi di Istanbul dan Turki seperti PPI Istanbul, Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) PPI Turki, Pengurus Cabang Muhammadiyah  Turki, dll. 

Acara ini juga dimeriahkan oleh kehadiran penyanyi kondang Siti Rahmawati, atau yang akrab disapa Siti KDI, dengan membawakan beberapa buah lagu religi.

Acara yang didukung penuh oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia Istanbul (KJRI Istanbul) diadakan di sebuah yayasan yang bernama Ensar Vakfi, sebuah yayasan yang fokus terhadap bidang iptek dan imtak bagi warga negara Turki dan juga dunia internasional. 

Acara dimulai dengan makan bersama dengan menu makanan khas Turki, kemudian pembacaan ayat suci Al-Quran serta saritilawahnya, dilanjut dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan sambutan dari Ketua Panitia, Achmad Zuhdi, serta Konsul Jenderal Bidang Sosial dan Budaya, Harlan Hakim. 

“Acara ini tidak hanya terbuka bagi kalangan WNI di Turki atau warga negara Turki saja, kami juga mengundang warga negara lain yang tinggal di Turki. Hal ini menunjukkan persatuan umat Islam yang menjadi rahmat bagi segala alam, termasuk bagi warga negara di seluruh dunia, demi mengenalkan budaya Islam Nusantara yang luhur seperti yang diperkenalkan oleh Walisongo,” ucap Achmad Zuhdi dalam sambutannya. 

Tema persatuan juga diungkapkan kembali oleh Harlan Hakim dalam sambutannya. Terselenggaranya acara atas kerja sama tiga organisasi (PCINU Turki, MII, PPI Istanbul) adalah salah satu bentuk dari persatuan itu dan seyogyanya bisa dibawa oleh warga Indonesia hingga nanti kembali ke tanah air. Harapannya ke depan akan ada acara-acara serupa yang didasarkan pada kerja sama mengingat setiap tahun selalu ada acara yang didasarkan pada gotong-royong antar sesama organisasi di Turki. 

Setelah itu acara diisi oleh kegiatan seni dengan pembacaan puisi-puisi islami, serta pemutaran video profil dari PCINU Turki dan MII. 

Acara berlanjut pada tausyiah yang diberikan oleh penceramah Syaikh Muhammad Fadhil Al Jailani. Ulama yang kerap ini disapa Syaikh Fadhil ini memberikan ceramah agama dengan bahasa Turki dan Arab, dengan penerjemah Ketua Tanfidziyah PCINU Turki periode sebelumnya, Ulin Nuha. Syaikh Fadil mengawali ceramah dengan menegaskan bahwa nabi besar Muhammad SAW diutus ke muka bumi sebagai pemimpin tidak hanya bagi manusia, tidak juga hanya kepada hewan dan jin, tapi juga untuk seluruh alam. 

Ia mengatakan bahwa manusia pertama yang merasakan rahmat Nabi Muhammad SAW adalah Nabi Adam AS, di mana Nabi Adam AS bisa menikah dengan Siti Hawa setelah membaca shalawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Bentuk rahmat Nabi Besar Muhammad SAW yang lain juga beliau tambahkan yaitu dengan diterimanya taubat Nabi Adam AS dengan mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad SAW. Kemudian ia mengingatkan kepada hadirin yang hadir untuk menambahkan kata sayyidina di belakang nama Nabi Muhammad SAW ketika bershalawat sebagai bentuk penghormatan, sebab beliau Nabi Besar Muhammad SAW merupakan penghulu (sayyid: penghulu) bagi sekalian alam.

Kemudian Syaikh Fadil menjelaskan mengenai Isra dan Miraj Nabi Besar Muhammad SAW. Isra merupakan perjalanan Nabi Besar Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Sedangkan Miraj merupakan kisah perjalanan Nabi dari bumi naik ke langit ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha untuk menerima perintah Allah SWT, termasuk menjalankan shalat lima waktu dalam sehari semalam. 

Sejarah Isra Miraj Nabi Besar Muhammad SAW ditandai dengan adanya batu yang mengambang setinggi kurang lebih 2 meter. Menurut penjelasan Syaikh Fadhil batu tersebut merupakan landasan pacu saat Nabi Besar Muhammad SAW melakukan Miraj. 

Ceramah diakhiri dengan ijazah beliau dalam bershalawat kepada hadirin yang hadir yaitu Allahumma sholli wa sallim ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa alihii wa shahbihi wasallim sebanyak 313 dalam sehari semalam, seperti apa yang dikatakan Syaikh Abdul Qodir Jailani, Sulthonul Awliya.

Setelah ceramah kemudian penyerahan cindera mata untuk Syaikh Fadhil dari PCINU Turki yang diberikan langsung oleh Harlan, serta cindera mata dari MII yang diwakilkan oleh Fardal Dele Yilmaz. Kemudian seluruh hadirin berfoto bersama dengan Syaikh Fadhil Al Jailani. Red: Mukafi Niam