Jakarta, NU Online
PCNU Kota Bandung membentuk tim penelusuran sejarah tentang NU di daerah Bandung. Penelusuran dimulai dari awal berdiri zaman baheula (dahulu) hingga kiwari (masa kini). Di dalam penelusuran tersebut akan mengungkap juga sejarah tokoh dan pesantren yang berperan dalam menanamkan dan membesarkan NU.
Menurut Sekretaris PCNU Kota Bandung Wahyul Afif Al-Ghofiqi, tim penelusuran sejarah NU di Bandung ini terdiri dari akademisi, peminat dan pemerhati sejarah, serta para santri.
“Penelusuran sejarah NU Kota di Bandung ini dimulai dengan diadakannya diskusi sejarah NU Bandung pada halal bihalal PCNU yang menghadirkan pada orang tua yang merupakan tokoh NU Bandung sebagai narasumber para seperti KH Habib Syarif Muhammad Al-Aydarus dari Pondok Pesantren Assalam, KH Maftuh Kholil, KH Zaenal Abidin Somawijaya, KH Ahmad Suherman, KH Agus Syarif Hidayatullah sebagai Ketua PCNU Kota Bandung sekitar dua minggu lalu. Jadi, ini adalah tindak lanjut dari diskusi itu,” jelasnya kepada NU Online, Senin (8/7).
Ia mengatakan tim penelusuran sejarah ini diawali karena keprihatinan bahwa sejarah perjuangan dan kiprah dan gerakan para alim ulama NU di Bandung begitu banyak dituturkan dari generasi ke generasi, tetapi banyak yang belum terdokumentasikan dalam bentuk tulisan.
“Maka sangat penting untuk membukukan sejarah perjuangan para pendahulu itu agar generasi selanjutnya dapat mempelajari dan mengambil manfaat serta semangat dari para pejuang NU terdahulu,” kata ajengan muda ini.
Tim penelusuran sejarah ini akan mengadakan wawancara langsung dengan para kiai sebagai narasumber, kemudian dilengkapi dengan studi pustaka, serta forum kajian di pesantren-pesantren NU di Kota Bandung yang merupakan cikal-bakal NU di masa awal pembentukannya.
“Banyak sekali yang terkubur begitu saja oleh waktu seperti kisah Berdirinya Pesantren Sukamiskin serta peranannya bagi berdirinya NU, kisah syahidnya 100 lebih santri Pesantren Cijawura yang diserang penjajah, peranan KH Habib Ustman Al-Aydarus, ketua panitia Muktamar NU di Bandung serta bagaimana jasa beliau untuk mengajak kembali banyak kiai yang sempat tergabung dalam DI/TII agar kembali ke pangkuan NKRI,” jelasnya lagi. (Abdullah Alawi)