Surabaya, NU Online
Hari ini, Rabu (11/9), Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Jawa Timur mewisuda 703 mahasiswa untuk periode kedua tahun akademik 2018-2019. Dari jumlah tersebut 542 mahasiswa lulus dengan predikat cumlaude atau yang terbaik dengan didominasi perempuan.
Saat memberikan sambutan, Rektor Unusa, Achmad Jazidie mengatakan, mulai tahun pelajaran 2018-2019, Unusa melaksanakan wisuda sebanyak dua kali, periode pertama pada Maret dan kedua pada September di tahun akademik tersebut.
“Kebijakan dua kali wisuda ini untuk memberikan kesempatan kepada para lulusan agar bisa segera terjun ke masyarakat dalam mengamalkan ilmu yang telah didapat semasa perkuliahan,” katanya.
Dengan pola dua kali wisuda dalam satu periode tahun akademik ini, selain memberikan kesempatan kepada para mahasiswa, juga membuktikan jika produktivitas Unusa makin lama makin baik.
“Ini menandakan jika input mahasiswa Unusa makin lama makin baik dan Unusa tidak ingin menunda bagi mahasiswa yang sudah menyelesaikan serangkaian tugas akademiknya untuk segera diwisuda,” terangnya.
Bersamaan dengan upaya meningkatkan produktivitas tersebut, pihaknya juga terus meningkatkan kualitas lulusan. Antara lain dengan meningkatkan skor penguasaan Bahasa inggris lewat nilai TOEFL sebelum kelulusan.
“Jika sebelumnya hanya 450, ke depan akan ditingkatkan minimal pada skor 500,” jelasnya.
Dalam wisuda kali ini, 542 mahasiswa yang dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude, terbanyak dari program studi D3 Kebidanan sebanyak 97 cumlaude. Selain lulusan cumlaude, rektor juga menetapkan wisudawan terbaik bagi wisudawan yang tidak hanya memiliki IPK di atas 3,5 tapi juga lulus tepat waktu dan mengumpulkan nilai kegiatan yang cukup tinggi.
Sebanyak 12 orang ditetapkan menjadi wisudawan terbaik. Selain mendapatkan piagam, mereka juga akan mendapatkan hadiah dalam bentuk tabungan.
“Unusa tidak hanya menghargai kemampuan akademik, tapi juga memberikan apresiasi terhadap capaian kegiatan dan aktivitas lain dari mahasiswa yang aktif dalam berkegiatan di kampus dan di luar kampus,” katanya.
Selain 12 mahasiswa terbaik tersebut, dalam wisuda kali ini Unusa juga mencatat seorang wisudawati tertua dari Program Bunda PAUD. Namanya adalah Maria Lidwina Endang Suwarni.
Meski usianya tidak muda lagi, namun Maria tetap semangat untuk mencari ilmu. Dari sisi finansial, tidak ada yang bisa diharapkan. Apalagi insentif dari Pemerintah Kota Surabya untuk guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), hanya diberikan kepada mereka yang usia muda, itu pun ada yang tidak dapat.
“Tapi saya ingin memberi contoh bahwa tidak ada halangan untuk bisa mencapai gelar sarjana,” kata Maria yang mengaku menerima insentif tiap bulan hanya Rp 50 ribu dari pengelola PAUD di daerahnya, Manukan Kulon, Tandes, Surabaya.
Bagi Maria, apa yang telah dicapainya ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Walaupun demikian, ia tetap rendah hati dan tidak sombong. Ia berharap dapat menjadi contoh untuk cucunya yang kini berjumlah lima orang.
“Cucu pertama saya juga akan diwisuda pada November mendatang. Usia dan fasilitas bukan halangan buat saya, apalagi anak-anak mendorong agar saya bisa menyelesaikan kuliah,” tandas anggota tim Penggerak PKK Kelurahan Manukan tersebut.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua