Surabaya, NU Online
Praktisi media, Riadi Ngasiran mengungkapkan bahwa di tengah melubernya kabar bohong (hoaks) perlu adanya kesadaran melek literasi media di kalangan masyarakat secara luas, khusus masyarakat santri.
Menurutnya, melek literasi media bermakna mampu memahami yang berita (news) dan hoaks. Berita lebih bermakna pada penyampaian informasi dan kebenaran, bukan yang menyesatkan publik.
"Kesadaran melek literasi media menunjukkan tingkat kegelisahan intelektual masyarakat pesantren, yang terbiasa bertabayun (verifikasi informasi) dalam mencari kebenaran," tutur Riadi Ngasiran, Sabtu (14/3).
Pemimpin Redaksi Majalah AULA ini mengungkapkan pandangan tersebut pada acara ‘Halaqoh Media NU dan Pesantren se-Jawa Timur’. Kegiatan digelar di ruang Salsabila kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, jalan Masjid al-Akbar 9 Surabaya.
Riadi Ngasiran menambahkan, kecanggihan teknologi informasi tanpa diimbangi dengan pemahaman literasi media sesungguhnya menjebak seseorang kembali ke naluri purba: jahiliyah modern.
"Memarakkan informasi yang benar, dengan jejaring antarmedia di lingkungan NU, pesantren, dan ormas Islam moderat lainnya, akan menggusur konten-konten yang tak memberikan kecerdasan bagi umat dan masyarakat luas," tuturnya.
Sementara itu, praktisi media Arif Afandi mengungkapkan, jumlah besar yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU) merupakan potensi yang harus dikelola dengan baik. Sebagai organisasi Islam moderat, sewajarnya NU memiliki media yang kuat, karena ditopang dengan manajemen yang profesional.
"Kesadaran berjamaah dengan jumlah massa yang jumlahnya besar, harus pula diiringi dengan kesadaran berjamiyah atau berorganisasi. Ini yang potensi yang patut menjadi perhatian agar dikelola dengan baik," tuturnya.
Selain Riadi Ngasiran, tampil sebagai pembicara antara lain Hamdan Hamedan, Ustadz Fariz Khoirul Anam, Sururi Arumbani dan Ahmad Najib AR.
Halaqoh tersebut digelar dalam serangkaian peringatan hari lahir (Harlah) ke-97 NU. Puncaknya, akan digelar malamini dengan doa bersama tolak bala virus corona, serta peluncuran Koin Muktamar ke-34 NU.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Syamsul Arifin