Pesona Masjid Al-Hidayah, Destinasi Wisata Religi di Malang
Jumat, 24 Februari 2023 | 21:00 WIB
Bagian dalam Masjid Al-Hidayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (24/2/2023). (Foto: NU Online/Syarif)
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Malang, NU Online
Sebagai salah satu tujuan wisata favorit Indonesia, Kabupaten Malang menyimpan banyak tempat eksotis dan bangunan bernilai seni tinggi.
Data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang disebutkan jika kunjungan wisatawan ke Kabupaten Malang di 2022 mencapai tiga juta orang.
Masjid Al-Hidayah di Dusun Karangan, Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur bisa menjadi salah satu tujuan wisata religi bagi turis domestik dan mancanegara ketika berkunjung ke Malang.
Struktur bangunan masjid yang megah dengan akses yang mudah jadi nilai tambah tersendiri. Untuk menuju Masjid Al-Hidayah, akses yang bisa dilalui yaitu turun dari pintu tol Karanglo terus lurus arah Kota Batu, posisi masjid ada di pinggir jalan sebelah kanan.
Jika dari arah Jombang dan Kediri, maka ke Kota Batu terlebih dahulu, lalu pengunjung bisa mencari jalan ke arah Kecamatan Karangploso atau langsung klik di google maps Masjid Agung Al-Hidayah Karangploso.
Menara masjid yang menjulang tinggi membuat posisi masjid mudah diketahui dari jauh. Masyarakat sekitar juga bisa menjadi penunjuk jalan karena nama masjid ini cukup populer di Kecamatan Karangploso.
Menurut sekretaris Masjid Al-Hidayah Anas Firdaus, bangun masjid ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Namun, ia tidak tahu tahun pasti berdiri Masjid Al-Hidayah.
"Banyak yang berkata bahwa Masjid Al-Hidayah mirip Haghia Sophia di Turki. Arsiteknya asli orang Malang, tapi memang memiliki selera seni yang tinggi," jelasnya, Jumat (24/2/2023).
Bangunan masjid yang dihiasi ukiran-ukiran indah dan desain ala Haghia Sophia membuat banyak pasangan muda-mudi menjadikan Masjid Al-Hidayah sebagai lokasi akad nikah dan pre wedding.
Tak jarang pula beberapa masyarakat yang ingin mengucapkan kalimat syahadat melakukan ritualnya di Masjid Al-Hidayah.
"Sering digunakan untuk akad nikah juga, kita terbuka untuk semua kalangan. Asalkan kordinasi," katanya.
Suasana sejuk ala pegunungan menjadikan kunjungan ke masjid ini lebih menarik. Lebih mengagumkan lagi terlihat saat melangkah ke masjid di sisi bagian dalamnya. Mata pengunjung disuguhkan mimbar masjid yang berdiri cukup megah dan tinggi lalu dihiasi ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis dengan kaligrafi sangat indah di belakang mimbar dan langit-langit masjid.
Di langit-langit masjid juga tertulis cukup besar lafadz Allah dan Muhammad dengan tulisan Arab. Pintu masjid yang lebar dan tinggi terbuat dari kayu, seperti sebuah gerbang besar.
Masjid ini diperkirakan memiliki luas sekitar 20 x 30 meter persegi. Ditopang dengan tiang-tiang penyangga yang besar, masjid ini berdiri dengan konsep tiga lantai. Lantai pertama untuk tempat wudhu, kamar mandi dan gudang.
Sedangkan lantai dua untuk salat jamaah dan bagian belakang dijadikan ruang operator. Khusus lantai tiga digunakan sebagai tempat salat ketika lantai dua penuh.
Sebelum semegah sekarang, Masjid Al-Hidayah mengalami beberapa kali pemugaran. Di awal berdiri, bangunan masjid hanya berupa besek dari bambu. Kemudian direnovasi menjadi bangunan berupa batu bata.
Pada tahun 1988, masjid mengalami renovasi kembali karena semakin banyaknya jamaah yang datang. Selanjutnya, pada tahun 2008, masjid mengalami renovasi besar-besaran hingga jadi seperti saat ini
"Masjid setidaknya sudah direnovasi sebanyak empat kali. Pada masa awal, bangunan masjid diganti dari besek bambu menjadi batu bata," kata Anas.
Keunikan lain dari masjid ini yaitu memiliki menara setinggi 45 meter. Bagian atap masjid tidak berupa genteng atau asbes seperti umumnya masjid lainnya, tetapi berbentuk kubah kecil yang berbaris rapi.
Terowongan di bagian tempat wudhu dan kamar mandi menjadikan nilai estetika dari masjid ini bertambah besar. Apalagi kamar mandi yang bersih dengan airnya yang dingin khas pegunungan membuat badan menjadi segar saat berwudhu atau sekedar cuci muka.
"Air yang mengalir ke kamar mandi masjid ini berasal dari sumber," imbuh guru dari Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah ini.
Dikatakan Anas, untuk membangun masjid yang didominasi warna coklat ini setidaknya menghabiskan minimal 7,5 miliar. Dana sebesar itu berasal dari jariyah masyarakat.
Masjid Al-Hidayah selalu ramai setiap salat lima waktu. Masjid ini juga memiliki kegiatan rutinan seperti salawat, perayaan hari besar Islam, ishari, kajian kitab kuning hingga rutinan salat hajat.
Di sisi barat masjid terdapat makam ulama bernama KH Ismail Arif bin Paku Nego. Tokoh agama yang mendirikan Pondok Pesantren Al-Hidayah. Lokasi pesantren menempel dengan masjid. Oleh karenanya, ribuan santri Al-Hidayah terlihat berseliweran di area masjid setiap harinya.
"Kiai Ismail merupakan tokoh agama yang sejak dulu syi'ar Islam di sini. Banyak jamaahnya," tutup cicit dari Kiai Ismail tersebut.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua