Daerah

Praktik "NPWP" Terjadi Sejak Zaman Rasulullah

Ahad, 9 Oktober 2016 | 17:07 WIB

Praktik "NPWP" Terjadi Sejak Zaman Rasulullah

Gambar ilustrasi (merdeka.com).

Pringsewu, NU Online
Suatu hari Rasulullah SAW didatangi utusan kafir quraisy untuk merayu Nabi agar tidak menyebarkan ajaran ketauhidan Allah berupa agama Islam di jazirah Makkah. Utusan tersebut merayu dan menawari Nabi dengan berbagai cara. 

"Jika engkau tidak punya harta wahai Muhammad, kami berikan harta yang melimpah. Jika kau sakit jiwa, kami siap mengobatimu dan jika kamu ingin wanita kami akan mencarikan dan menikahkanmu," ujar H. Sujadi mengisahkan saat Nabi dirayu dengan berbagai tawaran yang menggiurkan tersebut.

Namun tawaran tersebut tidak diperdulikan oleh Nabi dan malah sebaliknya menambah keteguhannya dalam menyampaikan Keesaan Allah SWT ditengah kaum yang menyembah berhala dizaman itu.

"Jadi praktek NPWP atau Nomor Piro Wani Piro ini sudah ada sejak zaman Nabi dulu. Dan Nabi memberikan contoh keteguhan untuk tidak terpengaruh dengan praktek yang dilarang agama itu," tegas Mustasyar PCNU Pringsewu ini saat memberikan Kajian Tafsir pada Ngaji Ahad Pagi atau Jihad Pagi di Gedung NU Kabupaten Pringsewu, Ahad (9/10).

Kisah yang disampaikan dengan rujukan Kitab Tafsir Jalalain ini merupakan kisah asal mula diturunkannya surat Al-Ikhlas yang didalamnya termuat perintah untuk mengesakan Allah sekaligus tidak boleh menyekutukannya dengan apapun.

Lebih lanjut Abah Jadi, begitu Ia biasa disapa, mengatakan bahwa dasar diturunkannya surat Al Ikhlas adalah untuk mengingatkan dan meneguhkan keyakinan bahwa Allah itu satu. Surat yang diturunkan setelah Surat An Nas ini juga berfungsi untuk mengikis habis pemahaman bahwa tuhan itu tidak ada serta pemahaman bahwa tuhan itu lebih dari satu.

"Sebenarnya Allah itu tidak rugi jika seluruh manusia tidak menyembahNya. Allah juga tidak akan menjadi lebih besar jika semua manusia menyembahNya. Allah tidak butuh waktu, tempat dan keadaan seperti kita manusia ini. Jika terbersit didalam hati bahwa tuhan seperti apa yang diangankan diperkirakan dan dirasakan maka itu bukan tuhan," tegasnya.

Selain menjelaskan tentang asbabun nuzul atau sebab diturunkannya Surat Al Ikhlas, Abah Sujadi juga menjelaskan tentang beberapa hal terkait surat Al Ikhlas seperti fadhilah-fadhilahnya dan juga nama-nama lain dari surat yang hanya terdiri dari 4 ayat ini.

"Fadhilah surat Al Ikhlas ini diantaranya jika membacanya 3 kali maka baginya pahala seperti membaca sepertiga Al Quran. Dan siapa yang membaca kalimat tauhid diiringi dengan membaca surat Al Ikhlas 11 kali maka baginya 40 juta kebaikan," jelasnya.

Terkait nama, Bupati Pringsewu ini juga menjelaskan dengan detail bahwa Surat Al Ikhlas atau Surat Ikhlasut Tauhid memiliki sekitar 20 nama lain selain Al Ikhlas itu sendiri. "Sebenarnya surat Al Ikhlas itu ada dua didalam Al Quran yaitu Surat Ikhlasut Tauhid atau Surat Qulhu dan Ikhlasul Ibadah atau Surat Al Kafirun," katanya.

Diakhir Kajian Tafsir tersebut, Abah Sujadi mengajak kepada jamaah untuk meningkatkan keimanan akan keesaan Allah yang termaktub dalam surat tersebut. "Mudah-mudahan tauhid kita akan selalu dijaga oleh Allah SWT sampai dengan kita menghadapNya kembali," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Fathoni)