Daerah

Sambal Oen Peugaga Aceh, Dibuat dari 44 Daun Berkhasiat, Hadir Hanya saat Ramadhan

Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:30 WIB

Sambal Oen Peugaga Aceh, Dibuat dari 44 Daun Berkhasiat, Hadir Hanya saat Ramadhan

Sambal Oen Pugaga salah satu panganan dari Aceh yang hanya ditemui saat bulan suci Ramadan, Sabtu (23/3/2024). (Foto: NU Online/Wahyu Majiah)

Banda Aceh, NU Online

Di bulan Ramadhan, tradisi kuliner khas Aceh kian semarak. Salah satu hidangan istimewa yang dinanti-nanti adalah Sambal Oen Peugaga, hidangan unik yang penuh khasiat. Oen Peugaga juga punya makna dan manfaat tersendiri bagi masyarakat Aceh.


Berbeda dari namanya, Sambal Oen Peugaga sebenarnya lebih menyerupai urap. Daun pegagan (Centella asiatica) menjadi bahan utama, dipadukan dengan 44 jenis dedaunan lainnya, seperti daun mangga, kemangi, jambu, oen si geuntot, daun jeruk purut, daun kunyit dan masih banyak lainnya. Perpaduan ini menghasilkan rasa segar, pedas, dan sedikit pahit yang khas.


Namun, yang perlu diingat untuk membuat sambal yang sudah melegenda di Aceh ini tidak boleh melibatkan daun yang memiliki rasa pahit karena akan mengurangi cita rasanya. 


Sambal Oen Peugaga biasanya dinikmati sebagai pelengkap hidangan utama saat berbuka puasa. Rasanya yang segar dan kaya serat membantu melancarkan pencernaan setelah seharian berpuasa. Selain itu, kandungan vitamin dan mineral dalam daun-daunan tersebut juga bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan tubuh.


Sambal Oen Peugaga bukan sembarang hidangan. Di balik kelezatannya, terdapat tradisi dan nilai budaya yang kental. Masyarakat Aceh percaya bahwa 44 jenis daun dalam sambal ini melambangkan 44 sifat Allah SWT. Mengonsumsinya di bulan Ramadhan diyakini dapat membawa berkah dan meningkatkan ketakwaan.


"Kita gunakan 44 jenis daun yang berkhasiat untuk obat alami," kata salah seorang pembuat sambal oen Peugaga di Aceh Selatan, Maisyitah, Sabtu (23/3/2024). 


Namun, Maisyitah mengatakan karena pembangunan rumah dan pembabatan lahan untuk berkebun, wanita berusia 35 tahun ini kesulitan untuk mendapatkan bahannya. Sehingga, memaksakan dia untuk berkeliling sawah dan mendaki gunung.


Ia menjelaskan, proses pembuatan Sambal Oen Peugaga pun istimewa. Daun-daun segar dicuci bersih, kemudian dirajang melayang hingga menjadi bagian yang sangat tipis. Setelah itu, daun-daun yang sudah dicincang halus itu dicampur dengan bumbu pedas dan gurih. Tak lupa, tambahkan kelapa gongseng yang digiling halus, irisan sereh, bawang merah, buah belimbing, dan irisan cabai untuk menambah cita rasa pedas. 


Untuk mempertahankan rasa gurih dan wangi dari daun-daun tersebut, semuanya dicampur sekitar pukul 17.00 WIB. Meski terbilang kuliner warisan indatu, kata Maisyitah sambal satu ini masih digemari semua kalangan mulai dari orang tua hingga kaum milenial. 


"Biasanya ada juga pembeli yang muda-muda, mereka biasanya beli 1 bungkus setiap sore," ucapnya.


Biasanya, Maisyitah menjajakan dagangannya berkeliling dari rumah ke rumah di Desa Ladang Teungoh, Kecamatan Pasie Raja, Aceh Selatan sambil menenteng keranjang berisi Sambal Oen Peugaga yang di bungkus daun pisang. Ia menjual mulai harga satu bungkus seharga Rp2 ribu sampai Rp5 ribu.


Mencari Sambal Oen Peugaga di luar bulan Ramadhan bagaikan mencari jarum dalam jerami. Keunikan inilah yang membuatnya semakin istimewa dan dinanti-nanti oleh masyarakat Aceh.


Namun, jika sedang berada di Banda Aceh, kamu bisa menjumpai para penjual Sambal Peugaga ini di Sentra Kuliner Ramadhan di Jalan Garuda, Kecamatan Baiturrahman, saban sore di sana terdapat satu rak kuliner yang menjual samba legenda ini. 


Bagi para perantau, mencicipi Sambal Oen Peugaga menjadi momen nostalgia dan pengingat rasa cinta pada kampung halaman.


Sambal Oen Peugaga adalah contoh kekayaan kuliner Aceh yang tak hanya lezat, tetapi juga sarat makna dan tradisi. Keberadaannya di bulan Ramadhan menjadi pengingat nilai-nilai budaya dan spiritual yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Aceh.