Sukoharjo, NU Online
Santri di masa kini tetap perlu memerhatikan life style, serta memilah mana yang merupakan budaya dan agama. Dengan tetap berpegang pada teladan Rasulullah, santri diharap dapat menjaga kepribadian saat berbaur di masyarakat.
Prinsip inilah yang menjadi landasan terselenggaranya kegiatan Self Development Program atau program pengembangan diri di Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan Makamhaji Kartasura Kabupaten Sukoharjo, Sabtu-Ahad (11-12/11).
Selama dua hari tersebut, para peserta yang berasal dari santri setempat, mengikuti sejumlah materi yang disampaikan oleh pengasuh pondok yang juga Wakil Syuriah PWNU Jateng KH M Dian Nafi’.
Lurah pondok Al-Muayyad Windan Nurul Musthofa menjelaskan kegiatan "Self Development Program" ini setara dengan AMT (Achivement Motivation Training).
“Kita harapkan melalui program ini, dapat semakin melatih kepekaan berfikir optimis dan positif dalam berkehidupan para santri,” terang dia.
Adapun materi yang disajikan seperti pendidikan pembebasan ala Paulo Freire yang menerapkan aksi plus refleksi dalam metodenya, kemudian tes psikologi dan materi pembelajaran tarsana untuk bekal santri terjun melatih masyarakat belajar membaca Al-Qur'an.
Di pondok Al-Muayyad Windan sendiri menerapkan pola pembelajaran untuk mengenali diri lebih dalam. Dalam tiga tahun pertama para santri akan menjawab tiga pertanyaan pokok.
Pertama, menjawab pertanyaan, siapa saya? Kedua, menjawab siapa diri ini bersama orang lain. Kemudian yang ketiga, siapa diri ini untuk orang lain.
Setiap level perlu dijawab oleh santri dalam waktu satu tahun lamanya. Menurut sang pengasuh, Kiai Dian Nafi’, santri harus menemukan siapa jati diri yang sesungguhnya itu.
“Dengan itu pula Al-Muayyad Windan meneruskan tradisi tua pesantren nusantara, yaitu dalil agama diupayakan menubuh ke dalam pengamalan para santri, kemudian dikaitkan dengan pengalaman pendampingan masyarakat agar mereka dapat hidup bermartabat di ruang publik,” tutur Kiai Dian. (Ajie Najmuddin/Fathoni)