Bogor, NU Online
Ratusan santri dari berbagai pesantren dan sekolah Nahdlatul Ulama di wilayah Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, menggelar rangkaian kegiatan selama tiga hari, sebagai syukuran memperingati peristiwa Resolusi Jihad NU, serta apresiasi atas penetapan Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo.
<>
Pengasuh Pesantren Ar-Ruhama, KH Saepul Milah dalam release yang dikirimkan ke NU Online, Jumat, mengatakan, rangkaian kegiatan digagas bersama oleh Pesantren Ar-Ruhama, Yayasan At-Tawassuth, dan Pesantren Al-Fatah.
Aneka kegiatan tersebut, yaitu berupa ziarah bersama ke makam para ulama dan raja-raja Sunda pada Rabu (21/10), istighotsah dan tawassul pada Kamis (22/10), serta shalawatan dan manaqiban, Jumat (23/10).
Ziarah bersama diikuti oleh 60 orang santri dan masyarakat sekitar Pesantren Ar-Ruhama, yang terletak di Kampung Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas.
Ada empat lokasi pemakaman keramat yang diziarahi. Pertama, kawasan Cagar Budaya Salaka Domas (Gunung Salak), Kampung Cibalay, Desa Tapos I, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
Kawasan Salaka Domas atau Cibalay dikenal sebagai petilasan Raja-raja Sunda sejak zaman megalitikum hingga era Kerajaan Salaka Nagara, Taruma Nagara, dan Pajajaran. Kawasan ini dikenal sebagai kompleks situs megalitik paling kuno, berusia lebih dari 6.000 tahun.
Lokasi kedua, yaitu makam Raden Santri Wijaya Kusuma, di Keramat Pasarean, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Ia adalah tokoh penyebar Islam di wilayah utara Kabupaten Bogor, yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad-20.
Berikutnya, ziarah ke makam Mamak KH Ruyani di Pesantren Cihideung, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sosok Mamak Ruyani dikenal sebagai ulama wara’ dan zuhud di wilayah barat Kabupaten Bogor.
Terakhir, ziarah ke Petilasan Sayyid Wangsa II di Muara Cianten – Cisadane, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Petilasan ini juga diyakini sebagai tempat “tirakat” alias semadi ulama-ulama besar Sunda pada masa silam.
Rangkaian kegiatan peringatan Resolusi Jihad dan tasyakuran Hari Santri, dilanjutkan pada Kamis (22/10), dengan menggelar “tawassulan” bagi Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ary, alim ulama NU, serta para pembesar Sunda. Kegiatan ini diikuti 80 orang peserta, yang berasal dari Pesantren Ar-Ruhama, dan Pesantren Al-Fatah, Desa Pagelaran, Ciomas.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan “Sholawatan” alias pembacaan Shalawat Nariyah, dan “Manaqiban”, yaitu pembacaan “manaqib” alias riwayat hidup raja para wali Tuanku Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, Jumat di Pesantren Ar-Ruhama. Kegiatan ini diikuti 40 orang peserta.
Ketua Yayasan At-Tawassuth, Ahmad Fahir menambahkan, rangkaian kegiatan tersebut sebagai wujud apresiasi dan rasa syukur atas jasa besar para ulama NU dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI.
“Resolusi Jihad Rais Akbar NU Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ary adalah tonggak sangat penting dalam sejarah perjalanan bangsa. Tanpa Resolusi jihad, tidak ada peristiwa 10 November. Tanpa peristiwa 10 November, tidak ada kemerdekaan RI,” kata Fahir.
Menurut dia, Resolusi Jihad NU sebagai bukti sumbangsih besar kaum santri dalam memperjuangkan terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Para santri dan ulama berada di garda terdepan perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dengan darah dan nyawa.
Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo, terang Fahir, sebagai hal yang amat wajar dan semestinya. Hal tersebut sebagi wujud pengakuan Pemerintah atas jasa-jasa santri dan para ulama dalam perjuangan panjang mengusir penjajah dari bumi NKRI. Red: Mukafi Niam
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua