Sempat Alami Gangguan Jiwa karena Kecanduan Game, Pemuda Kediri Ini Hafal Al-Qur'an 30 Juz
Senin, 13 Mei 2024 | 07:00 WIB
Anas bersama pengasuh padepokan Ibnu Rusydi Ustadz Agus Ma'arif, Ahad (12/5/2024) di Jombang, Jawa Timur. (Foto: NU Online/Syarif)
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jombang, NU Online
Anas terlihat begitu semangat saat diajak ngobrol tentang Al-Qur'an dan berbagai permasalahan agama lainnya. Sekilas tidak terlihat bahwa pemuda asal Kediri ini pernah mengalami gangguan kejiwaan dampak kecanduan game online.
Anas merupakan salah satu santri dari Padepokan Tahfidhul Qur'an Ibnu Rusydi di Dusun Nglaban, Desa Bendet, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ia mulai diantar oleh keluarganya pada 2019 lalu.
Padepokan Tahfidhul Qur'an Ibnu Rusydi merupakan instansi pendidikan agama yang santrinya tidak hanya orang normal saja, tapi juga menerima santri dengan kategori Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ).
"Saya sudah lima tahun di sini, dulu tidak tahu kalau ke sini itu mondok, tahunya ke sini diajak jalan-jalan sebelum beli handphone baru," jelas Anas saat ditemui NU Online, Ahad (12/5/2024).
Anas menceritakan, awal kedatangannya ke Pesantren Ibnu Rusydi karena saat itu jarang pulang ke rumah. Dunianya terbalik, sebab terlalu asyik main game di warnet. Ketika itu, jenis game yang ia mainkan adalah point blank.
Saking asyiknya, Anas akan mengamuk dan melawan orang tuanya ketika dilarang main game dan tidak diberikan uang saku.
Baca Juga
Doa untuk Kesehatan Mental
Kecanduan game membuat kehidupan Anas tidak teratur. Yang ada di pikirannya hanya main game. Ketergantungan ini berpengaruh pada kejiwaannya yang tidak stabil. Bahkan bisa dikategorikan ODGJ.
"Kecanduan game yang saya alami cukup parah saat itu, sampai melawan orang tua dan tidak pernah pulang. Hidup di warnet. Dalam hati dan pikiran hanya ada game. Jenis gamenya yaitu point blank," katanya.
Tidak hanya satu game, Anas juga kecanduan main PlayStation 3 bersama teman-temannya. Durasi mainnya pun sudah melebihi batas normal. Selanjutnya, karena akses internet semakin mudah, Anas terjebak pada game mobile legend. Setiap hari, Anas hanya memegang handphone dan bermain game.
Khawatir dengan masa depan Anas, orang tuanya berinisiatif mengirimkan Anas untuk melakukan terapi di Jombang dengan Kiai Agus Ma'arif, pengasuh Tahfidhul Qur'an Ibnu Rusydi.
"Ketika datang ke sini, saya masih ngamuk-ngamuk. Akhirnya dirantai agar tidak mengganggu teman," imbuhnya.
Seiring berjalannya waktu, Anas mulai lebih tenang dan bisa diajak ngobrol. Setelah itu, Anas diminta untuk rutin shalat lima waktu dan ngaji Al-Qur'an. Ia juga diminta mengikuti kajian kitab kuning, meskipun tidak paham maksudnya.
Setelah bertahun-tahun di Ibnu Rusydi, Anas akhirnya berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur'an 30 juz. Bahkan sekarang kesibukannya yaitu membaca Al-Qur'an setiap hari, hingga tidak teringat lagi main game.
Sambil tersipu malu, Anas tersenyum mengingat masa lalunya yang kelam. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya hari ini jika tidak sempat berkenalan dengan Al-Qur'an. Mungkin saat ini masih terjebak dalam gangguan jiwa.
"Saya dulu setoran Al-Qur'an setiap habis shalat Isya dan Subuh. Sekarang sering diundang untuk khataman dan diajak nyetir mobil pengasuh," ungkapnya.
Keistimewaan Padepokan Tahfidhul Qur'an Ibnu Rusydi
Menurut pengasuh Padepokan Tahfidhul Qur'an Ibnu Rusydi, Ustadz Agus Ma'arif, Ibnu Rusydi menaungi dua lembaga yaitu pesantren dengan pembayaran gratis dan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) di bawah Dinas Sosial, LKS ini ada pembayaran untuk makan sebesar Rp560 ribu.
"Saat ini kita membina sekitar 50 orang. Kita batasi karena kekurangan tenaga," ceritanya.
Dalam membina santri yang dalam gangguan jiwa, Kiai Agus Ma'arif menggunakan pendekatan persuasif. Dengan cara memanusiakan manusia.
Metode pengobatan yang digunakan yaitu menenangkan pikiran dan hati pasien dengan kalimat thayibah khususnya Al-Qur'an.
Setiap santri yang memiliki gangguan jiwa datang, maka kepalanya akan dibotakin, dimandikan, kemudian dirantai sementara jika tidak bisa dikendalikan, lalu diterapi dengan bacaan Al-Qur'an.
"Santri yang masih depresi diajak baca Al-Qur'an, ngaji kitab kuning dan diajak salat. Durasi pengobatan berbeda-beda. Tergantung kesembuhannya. Setiap santri berbeda-beda," tegas Kiai Agus.
Dikatakan Ustadz Agus Ma'arif, pengobatan utamanya yaitu mendengarkan santri yang mengalami gangguan jiwa dengan bacaan Al-Qur'an karena menurut keyakinannya Al-Qur'an adalah syifa. Bisa mengobati jiwa.
Metode hafalan ini agar pikiran mereka tidak kosong dan tetap mengingat ayat-ayat suci Allah. Kalau pikiran kosong malah akan sulit sembuh. Karena pikiran mereka ke mana-mana. Mengingat kembali penyebab depresi.
"Janjinya Allah, Al-Qur'an adalah syifa. Orang dalam gangguan jiwa yang dirawat di sini banyak yang sukses setelah pulang. Bahkan ada yang punya lembaga pesantren," bebernya.
Agus Ma'arif membeberkan, mayoritas santrinya yaitu orang dalam gangguan jiwa karena depresi. Penyebab depresi cukup beragam. Kebanyakan karena masalah keluarga. Ada juga pecandu narkoba dan gangguan ilmu hitam.
"Di sini ada pecandu narkoba, gangguan jiwa sebab depresi. Ini ada pemuda depresi karena masalah keluarga, ibunya sakit. Lalu wafat. Ayahnya sering main fisik. Kemudian depresi," tandasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua