Dimas Chairullah, Ciptakan Platform Digital untuk Selamatkan Anak Muda dari Gangguan Mental
Selasa, 8 Agustus 2023 | 10:00 WIB
Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Kesedihan, bingung, kecewa, marah, atau perasaan kehilangan bisa memicu depresi keinginan untuk bunuh diri. Namun persoalan fatal ini masih luput dari perhatian masyarakat. Padahal bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua terbesar pada anak muda rentang usia 15-29 tahun dan 77 persen terjadi di negara berpendapatan rendah.
Kondisi ini membuat, remaja asal Jorong Kenanga, Nagari Lubuk Jantan,Tanah datar Sumatera Barat, Dimas Chairullah berinisiasi mendirikan sebuah platform Curhatinaja.id untuk menampung persoalan yang tengah dihadapi remaja dengan menghadirkan sejumlah psikolog melalui beberapa akun media sosial di antaranya instagram, whatsapp, hingga website.
Lewat platform curhat gratis ini, Dimas berupaya mengajak anak muda keluar dari kubangan persoalan yang menyebabkan mental anak muda rusak. Platform ini kemudian berkembang menjadi sebuah komunitas peduli kesehatan mental yang dikelola oleh dia dan rekan-rekannya. Komunitas ini memberikan program motivasi, inspirasi dan seminar mengenai kesehatan mental dan diikuti oleh remaja-dewasa dari rentang usia 10 tahun hingga usia 30 tahun.
Kepada NU Online, remaja yang kini tengah menempuh pendidikan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo Semarang ini menuturkan, Curhatinaja.id dihadirkan berangkat dari latar belakang banyaknya kasus yang terjadi saat ini di mana orang-orang tidak mempunyai wadah untuk menampung keluh kesahnya.
Berkaca pada kasus remaja bunuh diri, kata dia, sebetulnya mereka hanya ingin keluar dari persoalan yang tengah dihadapi dengan membicarakan kepada teman, sahabat atau keluarga bukan mengakhiri hidupnya. Hal lumrah dan kebutuhan bagi manusia sebagai makhluk sosial sehingga membutuhkan keberadaan orang lain untuk meringankan dan membantu masalah dengan cara menjadi pendengar yang baik.
“Komunitas ini aku dirikan pada tahun 31 September 2022. Asal usulnya, dulu aku pribadi sering jadi tempat curhat teman-teman setelah itu aku jadi berpikir ternyata banyak anak muda yang punya masalah dan dia susah untuk mencari tempat curhat. Kemudian aku berinisiatif mendirikan sebuah platform yang bisa membuat anak-anak curhat gratis. Karena setelah aku telusuri, orang malas cerita sama teman-teman dekatnya musababnya khawatir rahasia terbongkar. Jadi aku bikin platform di mana orang bisa curhat dengan gratis tanpa takut apa yang dia ceritakan bocor,” terangnya.
Platform dikelola oleh Dimas beserta timnya berjumlah 36 orang, dua orang sebagai project director, yang lain sebagai konten kreator dan tim media sosial. Setiap hari mereka menyiapkan konten-konten edukasi kesehatan mental. motivasi, dan insipirasi bagi anak muda melalui instagram @curhatinaja.id.
“Di platform itu orang bebas curhat online dengan gratis tanpa perlu menyebutkan nama atau menyebutkan nama boleh dan akan direspon cepat oleh tim saya. Karena komunitas ini layanan terbesarnya adalah curhat all in. Kita bisa membawa anak muda untuk lebih aware terhadap kesehatan mental.”
“Jadi yang curhat ada mahasiswa, ibu rumah tangga, anak SMA, SMP, SD entah itu membahas soal karir atau sekadar curhat doang semuanya kita tampung. Ada yang kadang curhat via telepon, chat, video call jadi yang awalnya lewat website akhirnya kita memilih instagram biar lebih dekat dengan yang curhat.”
Dimas dan tim mengembangkan komunitas peduli kesehatan mental dengan fundraising untuk kegiatan offlinenya. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan membantu anak yatim piatu di panti asuhan.
“Seringnya sih di online lebih dari itu kita sering melakukan sharing kesehatan mental untuk anak itu secara offline,” tutur Dimas.
Produktif menulis
Selain mendirikan komunitas peduli kesehatan mental, anak bungsu dari tiga bersaudara ini gemar menulis sejak duduk di bangku SMP.
Kegemarannya dalam menulis dibuktikan dengan lahirnya novel ber-ISBN di antaranya Menari di Atas Hujan (2020), Senyuman Terakhir Wahyu (2020), Kenapa Harus Aku (2021), Genggam Tanganku tuk Yang Terakhir (2021), Hilang tapi Ada (2022), Allah izinkan Hambamu Terbang (2023).
Novel ini terbit tak sekonyong-konyong waktu, banyak hambatan yang dilalui Dimas mengingat jadwal perkuliahan dan organisasi kampus yang padat. Ia kadang menulis disela-sela jam perkuliahan.
Merangkap Konten Kreator
Kehidupan mahasiswa yang selalu disibukkan dengan tugas makalah membuat Dimas terpacu untuk membagi konten seputar pengetahuan mengerjakan tugas kuliah dengan mudah melalui media sosial miliknya. Tak dinyana, kontennya disambut baik, tak tanggung-tanggung jumlah followers capai 126 ribu di instagram dan 45,7 ribu pengikut Tiktok dengan nama akun @positif-dimas23. Dari hasil itu, Dimas mampu menghasilkan uang dari konten edukatif yang dikelolanya secara rutin.
Perjuangan Dimas sebagai konten kreator tak semulus yang dipikirkan banyak orang. Mulai dari keterbatasan alat seperti kamera yang proporsional, lighting, michrophone kadang membuatnya resah. Dimas hanya mengandalkan telepon genggam miliknya yang digunakan untuk kuliah sehari-hari dan menjadikan sinar matahari sebagai lighting.
Belum lagi, kata Dimas, membuat konten seringkali berbarengan dengan jam kuliah sementara ia menggunakan aplikasi editing seadanya. Sempat jadi bahan cemoohan teman-teman dan berhenti selama dua bulan. Dimas kemudian memutuskan kembali membuat konten lantaran jengah melihat teman-temanya kerap mendapat teguran dari dosen musababnya tugas kuliah hanya menyalin keseluruhan hasil dari internet.
“Jadi teman saya pernah ditegur karena selalu copy-paste tugas kuliah dari google dari situlah mulai terbersit membuat konten,” jelasnya.
Dimas menjadi satu dari sekian kisah remaja yang cermat membaca peluang di dunia digital. Ia pandai menganalisis pangsa dan ukuran pasar manajemen konten. Dengan memanfaatkan peluang yang ada di sekitarnya ia mampu mengembangkan soft skills yang kini bisa dirasakan teman-teman dan pengikutnya melalui komunitas Curhatinaja.id dan konten edukatif yang ada diberbagai platform sosial media.
“Kita punya waktu untuk bersinar masing-masing, enggak ada yang susah. Tinggal kita kembangkan saja dengan menambah skill karena persaingan di era sekarang semakin ketat. Anak muda bisa sukses dan memberikan manfaat pada orang banyak dengan menciptakan karya,” ucapnya.
Keterbatasan tak jadi penghalang kesuksesan
Sejak berhasil masuk kuliah di UIN Walisongo, Dimas memang sudah bertekad untuk mendapatkan beasiswa untuk membiayai kuliahnya dan bekerja. Ambisinya ini dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi keluarga yang penghasilannya tidak menentu.
"Bapak, Ibuku hanya sampai Sekolah Dasar. Mereka kerja keras agar anak-anaknya bisa sekolah tinggi. Bapak petani karet yang penghasilannya enggak nentu jadi aku sekolah sembari nyari penghasilan sendiri," kata Dimas.
Perjalanan karirnya dimulai dengan langkah penuh keberanian. Dari Sumatera ke tanah jawa ia langkahkan kaki untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Prestasinya sebagai konten kreator dan penulis patut diacungi jempol. Bagi Dimas, keterbatasan ekonomi tak menghalangi Dimas untuk terus mewujudkan impiannya sebagai jurnalis.
"Saya ingin menjadi reporter dan news anchor. Saya mengidolakan Najwa Shihab,” ucapnya.
Dimas berkata semua ini berkat didikan orang tuanya. Sejak kecil ia dan dua saudaranya dididik untuk disiplin waktu. Disiplin diri merupakan senjata ampuh yang harus dimiliki setiap orang yang mau sukses! Untuk memiliki disiplin harus dibiasakan, tidak jarang pula harus dipaksakan.
“Ayah dan ibu saya hanya lulusan SD tapi ia ingin anak-anaknya sekolah tinggi. Dulu kalau berangkat sekolah kita diwajibkan berangkat pukul 06.30 dan enggak boleh terlambat. Kata Ibu lebih baik menunggu 1 jam ketimbang terlambat. Disiplin waktu inilah ternyata membawa saya sampai titik ini. Betapa berharganya waktu masa muda saya. Enggak mau aku sia-siakan. Jadi harus diisi dengan karya,” katanya.
Berkat kegigihannya dalam belajar, ia menorehkan banyak prestasi di bidang tertentu. Terhitung ia pernah menyabet juara 2 Duta Genre Kabupaten Tanah Datar 2021, Juara 3 Duta Lingkungan UIN Walisongo Semarang, Duta Inspirasi Indonesia 2022 Kementerian Pemuda dan Olahraga mewakili provinsi Jawa Tengah, dan mendapat 3 penghargaan The Most Favorite Duty, The Most Outstanding Duty, dan Special award Duta Inisiatif Indonesia 2023 dan menjadi Student Ammbasadors LEADS Indonesia 2021, Walisongo Campus Ambassadors.
Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara NU Online dan Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Kemenag RI.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua