Terisolasi Bantuan, Warga Pulau Tiga Aceh Tamiang Kelaparan Berhari-Hari
NU Online · Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:00 WIB
Akses jalan menuju Pulau Tiga, Tamiang Hulu, Aceh Tamiang, rusak karena dipenuhi lumpur akibat banjir bandang yang melanda akhir November lalu. Hingga kini, warga masih terisolasi menanti bantuan. (Foto: dok. Relawan/Rudi)
Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Krisis kelaparan melanda warga Pulau Tiga, Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang, setelah berhari-hari terisolasi akibat banjir bandang dan longsor yang terjadi, pada 26 November 2025.
Relawan sekaligus warga Pulau Tiga, Rudi, mengungkapkan bahwa sebagian warga sempat hanya makan nasi dengan garam pada hari kelima setelah bencana, karena tidak ada pasokan makanan yang masuk. Sejumlah warga nyaris tidak mendapat asupan, selain beras yang dimasak seadanya.
Memasuki hari kesepuluh, kondisi kelaparan semakin meluas. Banyak keluarga yang bertahan tanpa makanan memadai sambil menunggu bantuan yang datang secara terbatas.
"Banyak juga yang kelaparan ini sudah hari kesepuluh. Hari Ke lima mereka ada yang makan berasnya doang, nasi sama garam doang, sebelum bantuan masuk," kata Rudi kepada NU Online, Sabtu (6/12/2025).
Rudi mengungkapkan, distribusi bantuan pun tidak merata dibagikan ke warga karena bantuan yang masuk dipusatkan di posko utama, lalu dibagikan melalui kepala dusun kepada warga.
"Kepala dusunnya yang membagikan ke masyarakat tapi feedback dari warga di sana pembagiannya kurang merata karena mungkin sembako yang kami kasih jumlahnya belum memadai," jelasnya.
Rudi juga menjelaskan kondisi rumah warga yang hanyut diterjang banjir, terutama di bantaran sungai. Di Desa Bandar Khalipah belasan rumah hilang disapu arus, sedangkan di Desa Kaloy lebih dari 20 rumah mengalami nasib serupa.
"Mereka yang kehilangan rumah kini bertahan di posko pengungsian," katanya.
Rudi mengatakan bahwa akses bantuan menuju Pulau Tiga sebenarnya sudah mulai terbuka, jalan lintas Seumadam bisa dilalui, meski masih dipenuhi lumpur, genangan air, serta longsoran yang menyempitkan jalan.
Namun beberapa ruas aspal di desa-desa sekitar, kata Rudi, masih rusak parah akibat derasnya arus banjir namun sudah bisa dilalui kendaraan roda dua dan roda empat.
"Akses sudah bisa dijangkau baik motor maupun kendaraan roda empat," ungkapnya.
Rudi menjelaskan bahwa kondisi kesehatan warga mulai terdampak kelaparan berkepanjangan. Sejumlah lansia mengeluhkan sakit lambung, meski belum ada laporan lebih jauh terkait penyakit kronis yang muncul di pengungsian.
Rudi menegaskan bahwa kebutuhan paling mendesak saat ini adalah makanan siap konsumsi, termasuk roti bergizi, susu balita, dan popok bayi.
Di tengah keterbatasan ini, kata Rudi, hanya ada satu dapur umum yang beroperasi, sedangkan terdapat 14 posko desa yang tidak memiliki fasilitas serupa.
Sebagian warga yang rumahnya masih utuh sudah kembali, namun mereka yang kehilangan tempat tinggal tetap bertahan di posko dengan kondisi kelaparan yang belum tertangani secara memadai.
"Warga ada yang balik ke rumah masing-masing karena sudah reda. Yang rumahnya hanyut masih di posko," jelasnya.
Penggalangan kepedulian juga dapat disalurkan melalui BCA 0683331926 atas nama Yayasan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah NU atau BSI 7779876777 atas nama PP LAZIS NU Non Zakat.
Donasi juga dapat melalui situs https://nucare.id atau https://filantropi.nu.or.id/ dan NU Online Super App melalui fitur Galang Dana Korban Bencana.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
5
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua