Tiga Konsep Dakwah dalam Qur'an yang Harus Dipegang Para Dai
Senin, 30 November 2020 | 06:00 WIB
Dai harus mengikuti konsep sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur'an. Dalam konsep tersebut para pendakwah dianjurkan untuk memperhatikan tiga hal penting.
A. Syamsul Arifin
Kontributor
Jombang, NU Online
Pendakwah atau dai memiliki peranan penting bagi masyarakat untuk lebih mengenalkan ajaran-ajaran agama dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dai harus mengikuti konsep sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur'an. Dalam konsep tersebut para pendakwah dianjurkan untuk memperhatikan tiga hal penting.
"Pertama adalah konsep hikmah," kata Ustaz Moh Makmun, salah seorang dai Nahdlatul Ulama (NU) asal Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (30/11).
Istilah hikmah dalam pengertian praktik dakwah menurutnya seringkali diterjemahkan dengan arti bijaksana. Hikmah juga dapat ditafsirkan sebagai suatu cara pendekatan yang mengacu pada kearifan pertimbangan budaya. Hal ini penting untuk menghindari potensi terjadinya gesekan di antara para jamaah atau orang yang mendengarkan.
"Bila ini diterapkan, maka orang lain tidak merasa tersinggung atau merasa dipaksa untuk menerima suatu gagasan atau ide tertentu terutama menyangkut perubahan diri dan masyarakat ke arah yang lebih baik," ujarnya.
Konsep yang kedua adalah mauidzah al-hasanah (tutur kata yang baik). Konsep ini tidak bisa dipisahkan dari seseorang pendakwah. Apalagi dai belakangan cukup cepat bermunculan. Banyak dai baru yang mengisi majelis-majelis dan tak sedikit pula dari mereka yang berdakwah dengan memanfaatkan teknologi.
"Ketika menyampaikan sebuah ajaran agama maupun mengajak seseorang untuk melakukan ajaran agama haruslah dengan tutur kata yang baik, lemah lembut, tidak menggunakan diksi kata yang kasar," ungkapnya.
Pria yang juga Ketua Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Jombang ini lebih jauh menjelaskan, bahwa ukuran tutur kata dalam mauidzah al-hasanah adalah tidak menyinggung ego dan melukai perasaan hati orang lain.
"Lebih-lebih seorang dai bisa memberi kepuasan hati orang lain dengan maksimal, baik dengan sengaja maupun tidak," ujarnya.
Prinsip yang ketiga yaitu wa jadilhum billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang paling indah, tepat dan akurat). Prinsip ini menurutnya lebih diterapkan pada pencarian kebenaran yang mengedepankan kekuatan argumentasi logis bukan kemenangan emosi yang membawa bias.
"Terutama yang menyangkut materi dan keyakinan seseorang, idola dalam hidup dan tokoh panutan," tuturnya.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua