Usaha Sarung Batik Pekalongan Kembali Bergeliat di Tengah Pandemi Covid-19
Senin, 20 Juli 2020 | 10:30 WIB
Wali Kota Pekalongan HM Saelany Machfudz (kanan) saat kunjungi industri rumahan sarung batik di Pringlangu Gang 8 (Foto: NU Online/Abdul Muiz)
Abdul Muiz Cholil
Kontributor
Pekalongan, NU Online
Pasar 'Sarung Batik' yang booming sejak setahun terakhir sempat mengalami kelesuan produksi dan penjualan sejak adanya pandemi Covid-19. Namun secara perlahan, usaha rumahan yang digeluti oleh mayoritas warga NU Pekalongan ini kembali bergairah seiring banyaknya pesanan dan permintaan dari kalangan pesantren.
Pemilik rumah produksi sarung batik, H Mastur Jazuli, membenarkan bahwa adanya pandemi Covid-19 cukup berimbas terhadap penjualan sarung batik produksinya. Namun, pihaknya optimis di era adaptasi kebiasaan baru (new normal) ini sarung batik Pekalongan akan kembali gencar diburu masyarakat khususnya pembeli dari luar kota.
“Di era new normal ini sedikit demi sedikit permintaan sudah mulai ada peningkatan dibandingkan pada saat adanya Covid-19. Di mana kendalanya kami ada keterbatasan pengiriman ke luar daerah dan langkanya bahan baku,” ungkapnya.
Dalam sehari, lanjut dia, pihaknya bisa memproduksi 2 kodi, dan permintaan biasanya kebanyakan datang dari kalangan pesantren di daerah Kudus dan kota/kabupaten di Jawa Timur.
Bergairahnya usaha produksi sarung batik disambut gembira oleh Wali Kota Pekalongan HM Saelany Machfudz. Pihaknya berharap, produksi dan penjualan ‘Sarung Batik’ karya warga Kota Pekalongan dapat kembali bergairah setelah sempat terjadi kelesuan produksi dan penjualan akibat Covid-19.
“Alhamdulillah, setelah kami menyaksikan langsung proses pembuatan batik sarung di rumah H Mastur Jazuli, Pringlangu Gang 8, kegiatan produksi kembali berjalan. Tentu ini sangat menggembirakan kita semua,” ujarnya kepada NU Online, Sabtu (18/7).
Dikatakan, sarung produksi rumahan yang diproduksi warga NU dapat menjadi ikon Kota Pekalongan sebagai Kota Batik. Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk seluruh ASN, pegawai BUMD, BUMN, dan lembaga swasta lainnya di Kota Pekalongan telah diwajibkan menggunakan sarung batik setiap Jumat.
“Pemkot Pekalongan sendiri telah menggagas pemakaian sarung batik tersebut sejak 2018 lalu. Mengingat, pakai sarung batik merupakan budaya masyarakat Pekalongan tempo dulu serta tradisi yang harus terus dihidupkan dari generasi ke generasi,” tegasnya.
Menurut Saelany, sarung batik juga sebagai bagian dari upaya Pemkot Pekalongan untuk mempertahankan predikat ‘Kota Kreatif’ dari yang diberikan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang disandang Kota Pekalongan.
“Cukup bagus dan menunjukkan perkembangan yang luar biasa di mana pamor sarung batik dapat kembali menggeliat di Kota Pekalongan, meski sempat mengalami kelesuan akibat Covid-19,” terangnya.
Dikatakan, dengan diluncurkan sarung batik ini berdampak luar biasa untuk perekonomian Kota Pekalongan.
“Memang ini ada siklusnya. Ketika awal diluncurkan sarung batik ini booming luar biasa. Banyak pesanannya dari luar daerah. Namun, ketika merebak pandemi Corona sedikit agak lesu karena para perajin sempat vakum berjualan beberapa bulan," terangnya.
Akan tetapi, lanjut dia, sekarang dengan adanya kelonggaran dan tetap patuhi protokol kesehatan, penjualan sarung batik Pekalongan mulai bangkit kembali dan mengalami peningkatan. “Terlebih lagi sudah dimulainya aktivitas belajar para santri di pondok,” pungkasnya.
Pewarta: Abdul Muiz
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua