Fragmen HARLAH KE-58 PMII

Di Balik Kelahiran Organisasi PMII

Selasa, 17 April 2018 | 07:51 WIB

Sebelum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir,  usaha-usaha memfasilitasi mahasiwa NU telah dimulai di beberapa kota. Di Jakarta misalnya, telah ada upaya mendirikan organisasi bernama Ikatan Mahasiswa NU (IMANU) sekitar tahun sekitar Desember 1955.

Namun, kehadirannya tidak sempat diterima banyak kalangan, terutama para sesepuh NU karena waktu itu masih terbilang baru berdiri organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) pada 24 Februari 1954. Pada saat itu, para pengurus IPNU didominasi para mahasiswa. Mendirikan organisasi di kalangan mahasiswa NU dikhawatirkan akan melumphkan keberlanjutan organisasi pelajar yang baru berdiri itu. 

Di Surakarta, Jawa Tengah, juga sempat mendirikan organisasi bernama Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) yang diprakarsai Mustahal Ahmad. Juga di tahun yang sama , 1955. Organisasi ini bertahan hingga berdirinya PMII kelak. 

Di kota lain, yaitu di Bandung, ada usaha serupa dengan nama Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PMNU). 

Namun, Pimpinan IPNU berusaha membendung upaya-upaya itu. Mereka kemudian membentuk Departemen Perguruan Tinggi untuk menampung aspirasi mahasiswa NU. Namun, hal itu tidak banyak berarti bagi perkembangan dan kemajuan mahasiswa NU. 

Hal itu disebabkan karena keinginan para pelajar sangat berbeda dengan dinamika dan perilaku mahasiswa. Kedua, kenyataan gerak dari departemen itu sangat terbatas sekali. Terbukti untuk duduk sebagai anggoata Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), departemen tersebut tidak mampu memfasilitasinya. Karena PPMI yang merupakan konfederasi mahasiswa Indonesia hanya menampung ormas-ormas mahasiswa. 

Semangat mendirikan organisasi mahasiswa di NU makin menguat pada konferensi besar IPNU pada 14-17 Maret 1960. Hal itu setelah pidatonya Ketua Departemen Perguruan Tinggi IPNU Ismail Makky dan Moh. Hartono BA berbicara di konferensi itu. Dari situlah lahirnya suatu keputusan perlunya NU mendirikan sebuah organisasi mahasiswa yang terlepas baik secara struktural maupun administratif dengan IPNU. 

Untuk mempersiapkan kelahiran organisasi yang dimaksud tersebut, terbentuklah 13 panitia sebagai sponsor pendiri. Mereka hanya mendapatkan waktu selama sebulan untuk melakukannya.. 

Ke-13 sponsor pendiri tersebut adalah 

1. Cholid Mawardi (Jakarta)
2. Said Budairy (Jakarta)
3. M Sobich Ubaid (Jakarta)
4. M Makmun Syukri BA (Bandung)
5. Hilman (Bandung)
6. H Ismail Makky (Yogyakarta)
7. Munsif Nahrawi (Yogyakarta)
8. Nuril Huda Suady  HA (Surakarta)
9. Laily Mansur (Surakarta)
10. Abd Wahad Jailani (Semarang)
11. Hisbullah Huda (Surabaya)
12. M Cholid Narbuko (Malang)
13.  Ahmad Husain (Makassar)

Dari 13 orang itu, pada 19 Maret 1960, tiga di antaranya berangkat ke Jakarta menghadap Ketua Umum Partai NU KH Idham Cholid. Ketiga orang itu adalah Hisbullah Huda (Surabaya), Said Budairy (Jakarta), Makmun Syukri BA (Bandung. Mereka meminta pokok pegangan dalam musyawarah mendirikan organisasi mahasiswa NU. 

Pada kesempatan itu, Kiai Idham meminta organisasi yang akan dibentuk benar-benar dapat diandalkan sebagai kader NU dan menjadi mahasiswa yang berprinsip ilmu untuk diamalkan bagi kepentingan rakyat, bukan ilmu yang untuk ilmu. Yang lebih penting lagi yaitu menjadi manusia yang cakap serta bertakwa kepada Allah SWT. 

Persidangan dan musyawarah untuk mendirikan mahasiswa NU bertempat di Gedung Madrasah Muallimin Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur pada 14-16 April 1960. Sedangkan peraturan dasar organisasi dinyatakan berlaku mulai 21 Syawal 1379 H atau 17 April 1960. 

Mereka menyepakati nama organisasi sebagai wadah para mahsiswa NU adalah pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Tanggal 17 April itulah dinyatakan sebagai hari lahirnya PMII. (Abdullah Alawi disarikan dari PMII dalam Simpul-simpul Sejarah Perjuangan karya Fauzan Alfas)