Internasional

Dibangun dari Pentas Dangdut, Mushala Ar-Rasyid di Gangshan Taiwan Berfungsi Maksimal

Jumat, 21 Maret 2025 | 06:00 WIB

Dibangun dari Pentas Dangdut, Mushala Ar-Rasyid di Gangshan Taiwan Berfungsi Maksimal

Ruangan Mushala Ar-Rasyid di Ewalio, Gangshan. Taiwan. (Foto: dok Nurwahid)

Gangshan, NU Online
Islam di Taiwan adalah agama minoritas, tetapi komunitas Muslim di sana terus berkembang. Hingga saat ini, jumlah Muslim di Taiwan diperkirakan berjumlah sekitar 400.000 orang. Umat Islam di Taiwan terdiri dari warga Taiwan yang masuk Islam dan pekerja migran.

 

Sementara mayoritas pekerja migran yang beragama Islam di Taiwan berasal dari Indonesia, sisanya dari negara-negara Muslim lainnya seperti Malaysia dan Pakistan. Bagi umat Islam yang berkunjung di Taiwan tentu akan kesulitan mencari tempat ibadah baik itu mushala atau masjid.


Umumnya, mushala di Taiwan bukan sekadar sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat aktivitas sosial dan pendidikan bagi masyarakat sekitar. Akan tetapi berbeda dengan sebuah mushala di Ewalio, Gangshan.


Mushala ini bernama Mushala Ar-Rasyid, salah satu mushala yang memiliki sejarah yang sangat menarik. Mushala Ar-Rasyid didirikan pada tahun 2024 oleh para pekerja migran Indonesia yang ada di Taiwan. 

 

Awal berdirinya Mushala Ar-Rasyid bermula dari inisiatif beberapa pekerja yang ingin mendirikan mushala. Keinginan tersebut bertepatan dengan acara pentas dangdut yang diadakan oleh para pekerja pabrik dan bidang bidang kelautan. Dalam acara tersebut para pekerja berjualan kaos. Karena sisa atau keuntungan dari penjualan kaos ini masih banyak, mereka pun sepakat memanfaatkannya untuk membangun mushala. 

 

"Kami membuat kaos dengan modal 300 NT kemudian kami jual 1000 NT. Dari uang sisa itulah kemudian kami bangun mushala," tutur Ketua Mushala Ar-Rasyid, Ustadz Dito dalam perbincangan Rabu (19/03/2025).


Ustadz Dito menerangkan bahwa bahwa harga dan keuntungan tersebut adalah untuk setiap kaos. Dengan kata lain, dengan modal 300 NT mendapat keuntungan 700 NT yang setara dengan Rp350.000.


Bangunan Mushala Ar-Rasyid berada di lantai 2, sedangkan lantai 1 adalah warung milik penduduk Taiwan. Mushala ini sangat sederhana, namun dapat difungsikn dengan sangat maksimal. Selain sebagai tempat shalat berjamaah, mushala juga dimanfaatkan untuk pembinaan keagamaan bagi masyarakat sekitar. Lebih dari itu, Mushala Ar-Rasyid juga sebagai tempat sandar atau istirahat para pelaut saat mereka mendarat. 

 

"Mushala ini juga sebagai tempat sandar dan istirahat para pelaut yang sedang sandar atau libur bekerja," kata Ustadz Dadang, Ketua Ranting NU Kaohsiung.

 

Ustad Dadang juga menambahkan selain sebagai tempat ibadah, Mushala Al-Rasyid juga memiliki peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat yaitu sebagai pusat pendidikan keagamaan.

 

"Sejak awal berdiri, mushala ini telah menjadi tempat belajar dan mengaji Al-Qur’an bagi para pekerja. Hingga kini, kegiatan pengajian rutin masih berlangsung," terangnya.


Berikutnya sebagai tempat musyawarah dan kegiatan sosial. "Mushala ini juga berfungsi sebagai tempat musyawarah para pekerja, penyelenggaraan acara keagamaan seperti Nuzulul Qur'an, Maulid Nabi, dan lain sebagainya." imbuh Ustadz Dadang. 

 

Pada tahun 2025, mushala ini kembali direnovasi dengan bantuan donasi dari pekerja pabrik dan pelaut setempat. Kini, mushala sudah memiliki fasilitas lebih lengkap, seperti tempat wudhu yang lebih baik, ruang serbaguna, Al-Qur'an dan pakaian untuk shalat.

 

Dengan usianya yang begitu muda, mushala ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan para pekerja yang berada di Ewalio. Keberadaannya terus dijaga dan dilestarikan sehingga menjadi cahaya bagi generasi mendatang.

 

Nurwahid Pardi, Dai Internasional LD PBNU 2025 dengan penugasan Taiwan. Program ini didukung NU Care- LAZISNU