Internasional

Kunjungi PCINU Maroko, Gus Yahya Jelaskan 2 Agenda Utama NU di Abad Kedua

Senin, 17 April 2023 | 14:00 WIB

Kunjungi PCINU Maroko, Gus Yahya Jelaskan 2 Agenda Utama NU di Abad Kedua

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat Haul Ke-13 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (17/12/2022) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama genap memasuki usianya yang ke-100 tahun berdasarkan penanggalan tahun Hijriah pada 16 Rajab 1444 bertepatan dengan 7 Februari 2023 lalu. Memasuki abad kedua, kini NU telah bersiap melebarkan kiprah melalui sejumlah agenda. Utamanya, agenda mendasar yang menjadi fokus utama jam’iyah di abad baru.

 

Hal ini disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH Yahya Cholil Staquf saat mengisi Lailatul Ijtima PCINU Maroko bertajuk Konsolidasi Jam’iyyah Menyongsong Abad Kedua Nahdlatul Ulama (NU) di Sekretariat PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Maroko, Rabat dan disiarkan melalui Live Instagram PCINU Maroko, Ahad (16/4/2023).

 

Gus yahya menyebut sedikitnya terdapat dua agenda utama yang akan dijalankan. Pertama, penguatan konsolidasi untuk mengembangkan sistem dan tata laksana internal organisasi.

 

“Yang paling mendasar agenda permulaan abad kedua ini adalah konsolidasi tata laksana organisasi untuk menjadi lebih sistematis,” terang dia.

 

“Aset-asetnya, unit keorganisasiannya, lembaga-lembaga khidmahnya sudah besar sekali tapi sampai sekarang belum terkonsolidasi menjadi tata laksana yang organisasi yang sistematis,” imbuhnya.

 

Kedua, lanjut Gus Yahya, pengembangan visi internasional NU melalaui agenda berskala global.

 

“Ada yang khusus yang kita inisiasi di permulaan abad kedua ini, yaitu agenda internasional,” kata dia.

 

Ia menilai, gagasan tersebut bukan hal baru dari segi visi. Ini karena visi tersebut sudah dibawa dan menjadi bagian genetika kelahiran NU.

 

“Ini kita kembangkan bukan hanya sebagai gagasan saja tetapi sebagai strategi,” papar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

 

Menurutnya, pendirian NU erat kaitannya dengan misi untuk memulai satu rintisan mencari konstruksi peradaban baru untuk dunia Islam oleh para ulama.

 

Nahdlatul Ulama, terang dia, didirikan atas kesadaran akan perubahan peradaban di skala global yang terjadi pada masa lalu. Mengenai runtuhnya Turki Utsmani yang dianggap tulang punggung dari konstruksi peradaban Islam yang kemudian disusul dengan penaklukkan Hijaz oleh Raja Ibnu Saud.

 

“Tahun 1918 Turki Ustmani kalah perang, lalu wilayahnya diduduki pemenang Perang Dunia I seperti Inggris dan Prancis. Nah, bergolaklah wilayah bekas Turki Usmani,” papar dia.

 

“Saudi itu tidak bisa menjadi basis baru untuk mengganti Turki Ustmani, itulah inisiasi pendirian NU. ini gagasan yang ambisius,” imbuh dia.

 

Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi