Internasional

Media Komunitas Ambil Alih Fungsi Media Arus Utama

Jumat, 1 Maret 2013 | 16:28 WIB

Jakarta, NU Online
Media arus besar sedang berada dalam ancaman. Ancaman ini berasal dari “media-media alternatif”. Demikian tulis Colin Todhunter, pengamat kebijakan sosial dan kontributor Koran Deccan Herald yang berbasis di Bangalore, India beberapa waktu lalu.

<>

Beberapa dekade lalu, media alternatif ini masih berupa pamflet dan booklet. Hari-hari ini media tersebut tidak lagi bekerja di “bawah tanah”. Tak perlu biaya cetak dan distribusi, berita dan informasinya tersiar melalui internet. 

Media arus utama atau media mainstream ini mencakup aneka channel TV populer, surat kabar dan website berita baik dalam maupun luar negeri seperti Reuters, CNN hingga Fox News.

Menurut Colin, media mainstream kini makin kehilangan kredibilitasnya. Mereka cenderung membebek pada pernyataan-pernyataan resmi, hanya mengejar iklan dan melayani sistem sosial dan ekonomi neoliberal yang korup. Paling tidak, media mainstream dimiliki secara pribadi dan mewakili kepentingan sang pemilik.

Selain itu, media tersebut menjadi bagian dari konglomerasi besar dan bagian dari lingkaran oligarki politik dan ekonomi.
Dalam dekade terakhir, banyak website bermunculan. Situs-situs ini berbasis komunitas dan mewakili pandangan dan gagasan alternatif yang berbeda dengan media-media besar arus utama. 

Di AS, perbincangan yang dipandu Alex Jones bahkan memiliki pengikut sangat besar di internet. Jones berbincang mengenai pemerintah AS yang  melancarkan perang terhadap warganya sendiri dan melucuti hak-hak  konstitusional rakyat. 

Di Inggris, mantan host TV olahraga David Icke menyebarkan pesan serupa. Seperti halnya Jones, Icke prihatin terhadap para bankir, keluarga superkaya dan elit politik yang bekerjasama untuk membangun “tata dunia baru” yang tidak adil dan hegemonik.

Sementara di Indonesia, media-media alternatif pasca Orde Baru juga semarak bak jamur musim hujan. Diantaranya, media berbasis komunitas yang terkoneksi dengan basis komunitas dan sosial-kerakyatan. 
Pengamat media dan geopolitik Hendrajit meneguhkan gejala ini. 

“Ketika koran-koran besar cenderung membebek kepada media mainstream, situs-situs alternatif inilah yang memerankan diri menjadi juru warta sekaligus pemandu informasi,” ujar mantan wartawan ini.

“Media-media komunitas lebih bisa dipercaya ketimbang pers media mainstream yang mulai tergerus perannya.”


Redaktur      : Hamzah Sahal
Kontributor : Mh Nurul Huda