Semarang, NU Online
Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) terus berupaya untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidiknya dengan ilmu dan teknologi terbaru. Sebagai salah satu perguruan tinggi terbesar di Jawa Tengah komitmen untuk menjadi perguruan tinggi yang terkenal di tingkat internasional terus dijaga. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan mengirim dosen ke pelatihan teknologi jamur di China.
“Kami terus berupaya untuk mengupdate perkembangan teknologi di luar sana melalui pelatihan dosen. Ini semua dilakukan untuk membekali para alumni Unwahas melalui dosen-dosen yang berpengalaman,” tutur Wakil Rektor Unwahas Bidang Kerja Sama Andi Purwono, Senin (4/6).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pelatihan tentang jamur ini diikuti oleh dua orang dosen Fakultas Pertanian, Lutfi Aris Sasongko dan Hilmi Arija Fachriyan setelah sebelumnya mengikuti proses seleksi yang ketat untuk mewakili Indonesia.
Pelatihan yang bertajuk Training Course on Mushroom Technology for Developing Countries berlangsung mulai 9 Mei dan akan berakhir 12 Juni 2018. Kegiatan ini berlangsung di Kota Fuzhou Provinsi Fujian atas dukungan dari Ministry of Commerce of the People's Republic of China.
Pengiriman delegasi dari Unwahas ini terselenggara atas kerjasama Unwahas dengan Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Surabaya.
Kegiatan pelatihan selama 5 minggu ini diantaranya diisi dengan pertemuan di kelas oleh dosen, praktisi dan kunjungan langsung ke pusat pengembangan teknologi jamur.
“Teknologi pembibitan jamur dan pengolahan pascapanen sudah begitu maju di sini,” terang Lutfi Aris Sasongko yang juga Ketua umum Lembaga Pengembangan Pertanian PWNU Jateng periode 2009-2013 ini. Beraneka ragam jamur telah dikembangkan di China dan memperoleh support yang baik dari pemerintah setempat.
Menurut Chief of Training Department Fujian United Nations TCDC Network Demonstration Base, Liu Hong pelatihan ini bertujuan utama untuk pengembangan teknologi jamur di negara asal peserta pelatihan.
Kegiatan ini secara rutin dilakukan dalam rangka transfer teknologi kepada negara-negara berkembang, diantaranya Indonesia. Dia merasa senang bisa berbagi ilmu dengan para peserta pelatihan. Tahun 2018 ini sebanyak 17 orang dari 6 negara mengikuti pelatihan ini, yaitu Afrika Selatan, Tanzania, Sri Lanka, Mongolia, Thailand dan Indonesia. (Imam Syafaat/Abdullah Alawi)