Jalur khidmah di Nahdlatul Ulama sangat terbuka dan banyak pilihan. Secara umum ada dua jalur besar, syuriyah dan tanfidziyah. Mereka yang memiliki penguasaan keislaman secara mendalam, dapat memilih jalur syuriyah. Mereka yang mempunyai kemampuan manajerial organisasi, akan diarahkan meniti jalur tanfidziyah. Syuriyah sebagai perumus dan penentu kebijakan, tanfidziyah sebagai pelaksananya.
Mereka yang tidak masuk ke dalam dua jalur utama itu dapat berkhidmah di sejumlah lembaga sesuai keahlian masing-masing. Tersedia bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Ada juga lembaga profesi seperti Ikatan Sarjana NU, Persatuan Dokter NU, dan lain-lain.
Salah satu jalur khidmah itu adalah katib (sekretaris) syuriyah. Sedikitnya ada empat tokoh NU yang meniti khidmah di jalur ini dan kemudian menjadi tokoh sentral di NU. Mereka adalah KH Abdurrahman Wahid (1979-84), KH Ma’ruf Amin (1989-1994), KH Said Aqil Siradj (1998-99), dan KH Yahya Cholil Staquf (2015-2020).
Pada masa awal posisi ini disebut Katib Awal dan didampingi Katib Tsani. Lalu berganti menjadi Katib Syuriyah yang didampingi para Wakil Katib. Berubah lagi menjadi Katib 'Aam yang didampingi Wakil Katib 'Aam dan sejumlah Katib. Sekarang hanya Katib 'Aam yang didampingi sejumlah Katib Syuriyah.
Melihat perjalanan empat tokoh tersebut, posisi katib syuriyah ini bisa disebut jalur sakral. Menjadi posisi yang tepat untuk memahami pemikiran dan kemauan para ulama di jajaran rais syuriyah. Mereka melayani berbagai kebutuhan para ulama yang menjadi pengendali jam’iyyah. Pada saat tampil di jajaran tanfidziyah, mereka sudah mengerti Langkah apa yang harus diambil dengan selalu mempertimbangkan kepentingan jajaran syuriyah.
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, setelah berkhidmah sebagai katib syuriyah, naik menjadi Ketua Umum PBNU selama tiga periode, lalu menjadi Presiden RI keempat. KH Ma’ruf Amin selepas jadi katib syuriyah hasil Muktamar Krapyak (1989), ia masuk ke jajaran rais syuriyah. Pada Muktamar Jombang (2015) ia menjadi Rais ‘Aam. Lalu pada pemilihan presiden tahun 2019, ia terpilih menjadi Wakil Presiden mendapingi Presiden Joko Widodo.
Seusai Muktamar Cipasung (1994), KH Said Aqil Siradj terpilih sebagai Wakil Katib ‘Aam mendapingi KH Dawam Anwar. Pada 1998, Kiai Dawam beralih ke PKB yang baru dibentuk untuk menjadi Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB. Posisi Katib ‘Am PBNU pun beralih ke tangah Kiai Said. Melalui Muktamar Makassar (2010), Kiai Said terpilih sebagai Ketua Umum PBNU. Ia terpilih lagi sebagai Ketua Umum melalui Muktamar XXXIII di Jombang tahun 2015. Sekarang ia akan maju lagi sebagai calon Ketua Umum pada Muktamar XXXIV di Lampung.
KH Yahya Cholil Staquf pertama kali masuk struktur PBNU sebagai Katib Syuriyah seusai Muktamar NU XXXII di Makassar (2010). Menurut pengakuannya, ia dimasukkan oleh Rais ‘Aam KH AM Sahal Mahfudh di jajaran katib syuriyah dengan tugas khusus melanjutkan peran NU di dunia internasional yang sudah dirintis oleh Gus Dur. Lalu pada Muktamar Jombang, ia ditetapkan sebagai Katib ‘Aam. Dalam Muktamar Lampung 22-24 Desember 2021 sebentar lagi, Gus Yahya mengajukan diri sebagai calon Ketua Umum PBNU.
Iip Yahya
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua