Jateng

KH Ubaidullah Shodaqoh: Pesantren Kawah Candradimuka, Lahirkan Tokoh Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 20:00 WIB

KH Ubaidullah Shodaqoh: Pesantren Kawah Candradimuka, Lahirkan Tokoh Bangsa

Rais Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh saat berbicara pada peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Tengah di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal pada Sabtu, (25/1/2025). (Foto: istimewa)

Kendal, NU Online Jateng 

Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh, menekankan bahwa pesantren memiliki akar sejarah yang lebih tua dibandingkan Nahdlatul Ulama itu sendiri. Ia menyebutkan, pesantren telah menjadi pusat pendidikan dan perjuangan sejak era sebelum Perang Diponegoro. 

 

Hal ini disampaikan dalam acara Naharul Ijtima dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Tengah di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal pada Sabtu, (25/1/2025).


"Dalam Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART) NU, tertulis bahwa para pendiri NU adalah pengasuh-pengasuh pesantren. Salah satu pesantren yang menjadi saksi sejarah tersebut adalah Pondok Luhur Dondong, yang merupakan almamater KH Mas'ud Abdul Qadir, pengasuh Pesantren Darul Amanah," jelasnya.


Kegiatan ini tidak hanya menjadi momentum refleksi, tetapi juga wadah penguatan peran pesantren sebagai poros peradaban Islam dan bangsa Indonesia.


Menurut Kiai Ubaid, keberadaan pesantren tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Jauh sebelum kemerdekaan, pesantren telah memainkan peran besar dalam perjuangan melawan penjajah. 


"Dari ulama-ulama yang menjadi bagian dari Hizbullah, tentara, penghulu, hingga pemimpin pergerakan nasional, pesantren menjadi kawah candradimuka yang melahirkan tokoh-tokoh perjuangan bangsa," tegasnya.


Pesantren dan perubahan pandangan publik


Kiai Ubaid juga mengungkapkan bahwa peran pesantren terus berkembang seiring waktu. Ia mengenang bagaimana lulusan pesantren dahulu sering dipandang sebelah mata dan hanya dianggap mampu menjadi modin atau imam masjid. 


Namun, berkat perjuangan kader-kader NU dan lahirnya Undang-Undang Pesantren serta Hari Pesantren, pandangan tersebut kini telah berubah. 


"Kini pesantren tidak hanya menjadi lingkaran pinggir, tetapi telah masuk ke lingkaran tengah pembangunan bangsa," katanya.


Selengkapnya klik di sini.