Jateng

Kiai Kafabihi Lirboyo Kisahkan Kecintaan Abah Dim terhadap Kitab Kuning

Senin, 20 Juni 2022 | 15:30 WIB

Kiai Kafabihi Lirboyo Kisahkan Kecintaan Abah Dim terhadap Kitab Kuning

KH Kafabihi Mahrus (Foto: lirboyo.net)

Kendal, NU Online Jateng
Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdullah Kafabihi Mahrus Lirboyo Kediri mengisahkan kecintaan almaghfurlah KH Dimyati Rois terhadap kitab kuning di acara tujuh hari wafatnya KH Dimyati Rois beberapa hari yang lalu.


Menurut Gus Kafa panggilan akrabnya, Abah Dim semasa hidup membaca berbagai kitab yang meliputi berbagai bidang seperti fiqih, ushul fiqih, tasawuf, tauhid, dan lain sebagainya.


"Dalam bidang fiqih, Abah Dim mengkaji kitab Fathul Wahab, kitab Iqna', Muhadzab, Mahalli, Mizan Kubro, dan Bidayatul Mujtahid," jelas Pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri ini.


Gus Kafa juga menjelaskan, Abah Dim dalam bidang Ushul Fiqih membaca kitab Jam'ul Jawami' dan kitab Ashbah wan Nadhoir. Dalam bidang hadits, Abah Dim membaca kitab Sohih Bukhori, kitab Sohih Muslim, kitab Muwatho, kitab Riyadhus Solihin, kitab Sunan Abi Dawud, Sunan Tirmudzi, dan lain sebagainya. 

"Dalam tasawuf,beliau membaca kitab Ihya'. Selain itu juga membaca Tafsir Munir. Dalam bidah nahwu beliau membaca Ibnu Aqil, juga Mughnil Labib. Dalam Tauhid beliau membaca Ummul Barohin, dan dalam ilmu hadits membaca Baiquniyah," lanjut Gus Kafa.


Menurutnya, Abah Dim dulu sering membaca kitab-kitab besar. Abah Dim, kata Gus Kafa, juga sangat sayang dengan santri-santrinya. Dikisahkan, Abah Dim ketika mengaji dulu juga menyelipkan kisah-kisah seperti Abu Nawas dan beberapa kisah unik lainnya. 


"Abah Dim ketika ngaji sering memuji lisannya (cara baca kitab kuningnya) Kiai Zubair, ayah dari Kiai Maimun Zubair Sarang," terangnya.
 

Gus Kafa pernah bertanya kepada temannya yang pernah mengaji kepada Kiai Zubair dan Abah Dim. Jawab teman Gus Kafa, bahwa lisan Kiai Zubair itu seperti lisan Abah Dim ketika membaca kitab kuning. 


Perihal kecintaan Abah Dim terhadap kitab kuning ini juga senada dengan apa yang disampaikan KH Ahmad Mustofa Bisri. Abah Dim menurut Gus Mus adalah sosok yang haus ilmu.


"Kiai Dim itu seperti kiainya, Kiai Mahrus, haus ilmu. Mondoknya di mana-mana. Di Lirboyo, di APIK sini (Kaliwungu), di Sarang, sampai di Senori Tuban," jelas Gus Mus.


Menurut Gus Mus, Abah Dim ini mampu mengontekstualisasikan kitab kuning di zaman sekarang. Bahkan menurut Gus Mus, landasan politik Abah Dim ini adalah kitab kuning. 


Putra Abah Dim, yakni Gus H Alamuddin Dimyati Rois mengatakan bahwa Abah Dim sebelum Pandemi rutin mengaji kitab kuning setiap bakda Magrib. "Insyaallah mulai Selasa depan rutinitas beliau kita teruskan," terang Gus Alam. 


Gus Alam menjelaskan, pada malam Selasa dan malam Jumat akan dibacakan kitab  Muwatho oleh Gus H Abu Hafsin al Muktafa Dimyati Rois, malam Rabu dan malam Sabtu akan dibacakan kitab Riyadhus Solihin oleh Gus H Hilmi Dimyati Rois.


"Malam Senin dan malam Kamis akan dibacakan kitab Iqna' oleh Gus H Abdul Aziz, dan malam Ahad akan dibacakan kitab Jawahirul Bukhori oleh saya sendiri," ucapnya. 


Gus Alam meminta doa kepada seluruh yang hadir di acara tujuh hari wafatnya Abah Dim supaya putra putri Abah Dim bisa meneruskan perjuangan Abah Dim dan juga bisa istiqamah. 


Kontributor: Zaim Ahya