Jatim

Ciri Manhaj Wasathiyah Menurut Habib Abdullah Al-Muhdhor

Senin, 27 Juni 2022 | 19:30 WIB

Ciri Manhaj Wasathiyah Menurut Habib Abdullah Al-Muhdhor

Habib Abdullah bin Abdurrahman Al-Muhdhor dalam forum Internasional ICORCS di Mojokerto. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Mojokerto, NU Online Jatim
Habib Abdullah bin Abdurrahman Al-Muhdhor menyampaikan, bahwa ciri manhaj wasathiyah adalah berakhlak yang baik saat bermuamalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu ia ungkapkan di forum Internasional Conference On Research And Community (ICORCS) 2022 di Institut Pesantren KH Abdul Chalim (Ikhac) Pacet, Mojokerto, Sabtu (25/06/2022).


“Seseorang itu tidak bisa dikatakan berakhlak yang baik kalau memiliki tiga sifat. Karena dengan ketiga sifat ini siapapun orangnya tidak bisa dikatakan baik,” kata Habaib asal Hadramaut, Yaman itu.


Pertama, adalah tidak mengganggu orang lain. Menurut Habib Abdullah, manusia memang tidak mungkin membahagiakan semua orang. Namun, tentu sangat bisa jika manusia tidak mengganggu orang lain. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh seorang Muslim.


“Muslim yang sebenarnya yaitu orang-orang yang tidak mengganggu Muslim lainnya, baik dengan lisan maupun tangannya. Mu’min yang sebenarnya yaitu yang tidak mengganggu orang lain, baik dengan dirinya maupun dengan harta bendanya,” ujarnya mengutip hadist Nabi Muhammad SAW.


Oleh karena itu, Habaib yang pernah mengajar di lembaga pendidikan Habib Salim Assyatiri itu menyayangkan sikap Muslim yang saat ini jarang ditemukan mengamalkan hadist tersebut. Hal ini menurutnya menandakan orang Muslim sangat jauh dari sikap wasathiyah.


“Jangan pernah memperlakukan orang berdasarkan dugaan atau prasangka. Karena realitas umat Islam sekarang banyak mencaci maki orang hanya karena informasi yang ia temukan di media sosial,” terangnya.


Bahkan menurutnya, seringkali peperangan terjadi karena masing-masing menuduh berdasarkan prasangka dan dugaan. Padahal, di media sosial itu jika diperhatikan mayoritas informasi disebarkan oleh orang-orang fasik.


“Dan, Allah melarang umatnya untuk mengikuti kabar dari orang fasik sebelum melakukan tabayyun,” tegasnya.


Kedua, orang bisa dikatakan baik jika mudah memaafkan kesalahan orang lain. “Hal ini merupakan ciri khas kabanyakan orang Indonesia. Mudah memaafkan meski dengan musuh, apalagi sudah jelas teman sendiri,” terangnya.


Ketiga, adalah suka membantu orang lain, baik materi atau lainnya. “Inilah ukuran orang bisa dikatakan baik dan bisa dikatakan bermanhaj wasathiyah,” tandasnya.