Lingkungan

Bukti Perempuan Mampu Tingkatkan Status Desa Peduli Gambut

Rabu, 15 April 2020 | 07:45 WIB

Bukti Perempuan Mampu Tingkatkan Status Desa Peduli Gambut

Deputi Edukasi Sosialisasi Partisipasi dan Kemitraan BRG RI Myrna A Safitri mengatakan selama ini, perempuan yang menjadi Fasilitator DPG menunjukkan profesionalisme dan mampu membangun partisipasi warga di desa dampingan. (Foto: BRG)

Jakarta, NU Online
Akhir tahun 2019 lalu Badan Restorasi Gambut (BRG) RI kembali melakukan pengukuran Indeks Desa Peduli Gambut (IDPG) di 257 DPG dengan 172 DPG yang dapat dilihat perkembangan statusnya. Hasilnya, DPG yang didampingi oleh fasilitator perempuan, 65 persen mengalami peningkatan status dan hanya lima persen mengalami penurunan status. Sementara DPG yang didampingi fasilitator laki-laki, 66 persen mengalami peningkatan status dan enam persen mengalami penurunan status. 
 
Selanjutnya data menyebutkan bahwa DPG yang didampingi fasilitator perempuan 15 dari 16 desa (94%) tetap berstatus Adaptif, Pulih atau Berdaya. Sedangkan DPG yang didampingi fasilitator laki-laki, 24 dari 33 desa (73%) tetap berstatus Adaptif, Pulih atau Berdaya.
 
Menurut Deputi Edukasi Sosialisasi Partisipasi dan Kemitraan BRG RI Myrna A. Safitri, terjadinya perbedaan pada persentase IDPG tesebut patut didalami oleh pegiat ekofeminisme, apa saja sebab-sebab terjadinya perbedaan hasil kinerja oleh fasilitator laki-laki dan perempuan. Selama ini, lanjutnya, perempuan yang menjadi Fasilitator DPG menunjukan profesionalisme dan mampu membangun partisipasi warga di desa dampingan. 
 
"Ini kami tidak begitu menggali mengapa muncul angka seperti ini. Karena itu, kami mempersilahkan, mengundang para peneliti untuk melakukan riset soal ini, karena tugas kami yang begitu sibuk,” ucap Myrna saat menjadi narasumber pada kegiatan ‘Bincang Online’ bertajuk Perempuan di lahan Gambut: Menyoal Ekofeminisme dalam Restorasi Gambut’, Selasa (14/4) kemarin. 
 
Pernyataan tersebut disampaikan Myrna A. Safitri merespons bagaimana keterlibatan perempuan dalam melindungi dan merestorasi lahan gambut di Indonesia. Myrna merinci, status IDPG dampingan fasilitator DPG berdasarkan gender, yaitu laki-laki: 23 persen adaptif, 38 persen pulih, 24 persen berdaya, 4 persen sangat rentan dan 11 persen rentan. Kemudian, perempuan: 27 persen adaptif, 31 persen pulih, 29 persen berdaya, 3 persen sangat rentan, dan 10 persen rentan. 
 
"Kemudian yang juga harus diketahui, dalam kurun waktu 2017-2019 persentase jumlah Fasilitator DPG perempuan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Mulai dari 13 orang (17%) pada 2017, naik menjadi 20 orang (27%) pada 2018, dan 25 orang (33%) pada 2019,” ucapnya. 
 
Proses pengolahan data IDPG tersebut, lanjut Myrna, dilakukan untuk mengukur seberapa besar rencana kerja dapat dicapai. Juga untuk mengukur kondisi restorasi gambut di DPG sebelum dan setelah dilakukan pendampingan oleh BRG.  
 
Myrna menegaskan, peranan perempuan termasuk didalamnya adalah fasilitator DPG perempuan dan kelompok perempuan seluruh desa sangat besar untuk merestorasi lahan gambut. Selama ini, BRG telah memaksimalkan pelibatan perempuan di berbagai kegiatan, yaitu di Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG), sosialisasi dan edukasi larangan membakar gambut, dan pemberdayaan kelompok ekonomi masyarakat.  
 
“Setelah dilakukan pelatihan, ada kader yang militan saat kembali ke desanya, dia menggerakan perempuan lain untuk membangun demplot atau perkebunan,” katanya. 

 
Pewarta : Abdul Rahman Ahdori 
Editor : Kendi Setiawan