Jakarta, NU Online
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada pertengahan Maret lalu menyampaikan prediksinya bahwa puncak musim kemarau akan jatuh pada bulan Agustus sampai dengan September 2018. Hal ini berbarengan dengan gelaran Asian Games ke-18 yang akan berlangsung di Jakarta, Palembang, dan Jawa Barat pada 18 Agustus sampai 2 September 2018.
Tentu hal ini mengkhawatirkan berbagai pihak akan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Oleh karena itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menegaskan agar karhutla dipahami oleh semua pihak sebagai masalah reputasi negara.
“Jangan sampai terjadi kebakaran hutan dan lahan ketika Asian Games ke-18 berlangsung. Kita harus menjaga reputasi negara sehingga semua wilayah harus dijaga dari karhutla, tidak hanya di Palembang,” tegas Siti dalam Rapat Penanganan Krisis Karhutla yang diselenggarakan di Ruang Rapat Utama, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, pada Jumat (18/5), sebagaimana dilansir melalui siaran persnya di situs resmi KLHK.
Ia langsung meminta kepada segenap jajarannya, khususnya Pejabat Eselon I agar dapat mengarahkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) sebagai struktur organisasi di lapangan untuk lebih perduli pada kegiatan pengendalian karhutla.
Sementara itu, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Raffles B. Panjaitan menilai cukup efektif penekanan potensi karhutla dengan kegiatan patroli terpadu antara masyarakat, TNI, dan Polri.
Hal itu, menurutnya, dilakukan di provinsi-provinsi rawan karhutla, seperti Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Luwu, Sulawesi Tengah khususnya Kabupaten Morowali, dan Papua khususnya Kabupaten Merauke.
Di samping itu, Raffles juga menuturkan bahwa Kementerian LHK tengah berupaya meningkatkan kesiapsiagaan dengan peningkatan sarana dan prasarana pendukung penanggulangan karhutla. “Sarana dan prasarana pengamanan dari karhutla akan ditingkatkan untuk mendukung Asian Games ke-18 yang antara lain peralatan komunikasi dan helikopter yang telah dikoordinasikan dengan BNPB, TNI dan Polri”, pungkasnya.
Meskipun demikian, BMKG memprediksi kemarau tahun 2018 tidak separah yang terjadi pada tahun 2015. Hal ini disebabkan iklim Indonesia masih dipengaruhi oleh La Nina lemah sampai pertengahan tahun. (Syakir NF/Mahbib)