Lingkungan

Lahan Gambut Cegah Kekeringan dan Banjir

Sabtu, 28 November 2020 | 11:00 WIB

Lahan Gambut Cegah Kekeringan dan Banjir

Ketua LPBINU M Ali Yusuf (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Lahan gambut yang selama ini didiami oleh masyarakat di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua memberikan dampak positif tersendiri. Baru-baru ini, dampak La Nina yang menerpa penduduk di Pulau Jawa seperti banjir dan longsor; di Pulau Papua, Kalimantan dan Sumatera justru terbantahkan karena terdapat lahan gambut yang mampu menyimpan air. 

 

Ketua Pengurus Pusat Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Muhammad Ali Yusuf menuturkan, lahan gambut merupakan ekosistem yang memberikan manfaat banyak untuk lingkungan. 

 

Kata dia, saat musim hujan lahan gambut mampu menyimpan air sehingga mencegah terjadinya banjir. Sementara musim kemarau, gambut mampu menjaga ketersediaan air sehingga menccegah terjadinya kekeringan.

 

Dia mendorong masyarakat yang tinggal di perdesaan gambut untuk merawat dan menjaga ekosistemnya. Langkah itu dapat dimulai dengan tidak mengalih fungsikan lahan gambut menjadi lahan perkebunan yang ditanami pepohonan tak ramah lingkungan seperti pohon sawit. 

 

Ketua lembaga yang peduli dengan kelestarian alam ini mengkhawatirkan lahan-lahan gambut diubah fungsinya. Karena itu LPBINU mendorong Badan Restorasi Gambut (BRG) RI mencegah hal itu dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat secara berkelanjutan. 

 

"Yang mengkhawatirkan gambut dialihfungsikan. Kemudian, ketika hujan deras, terjadi banjir karena tidak ada penahannya yaitu lahan gambut," kata Ali Yusuf kepada NU Online, Selasa (24/11). 

 

Ali Yusuf menegaskan, pihak-pihak terkait jangan hanya menyalahkan masyarakat seolah-olah mereka pelaku utama atas kerusakan lahan gambut. Sebaliknya, berikan solusi kepada masyarakat agar mereka mau terlibat memulihkan dan menjaga ekosistem gambut. 

 

"Kita tidak hanya menyeru mereka agar mereka tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Berikan solusinya," ucapnya.

 

Sementara itu, Kepala BRG RI, Nazir Foead mengatakan, sejak didirikan tahun 2016 silam, BRG menggandeng masyarakat langsung untuk memulihkan jutaan hektar lahan gambut yang rusak. Kata dia, solusi yang telah dijalankan antara lain dengan menguatkan program revitalisasi ekonomi untuk masyarakat yang tinggal di perdesaan gambut. 

 

Salah satu program BRG di Kalimantan Tengah misalnya, di sana BRG melakukan revitalisasi pengelolaan lahan terbengkalai menjadi lahan sawah dengan perbaikan sistem tata air. Pihaknya menggandeng Kementerian Pertanian, Kementerian PUPR, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Palang Karaya agar melakukan riset terlebih dahulu. 

 

Riset itu dilakukan sebagai percobaan penggunaan lahan gambut rusak untuk kegiatan pertanian produktif. Sedangkan dilibatkannya perguruan tinggi untuk memberikan saran dan masukan berdasarkan temuan ilmiahnya.

 

"Kami berharap bulan Januari per Februari 2021 bisa panen dengan hasil yang memuaskan, agar para petani disini semangat terus untuk menggunakan lahan ini. Dan, ketika musim kemarau tidak lagi khawatir adanya kebakaran karena lahannya produktif dengan tata air yang dijaga bersama," tuturnya. 

 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan