Nasional

15 Ribu Nahdliyin Peringati Harlah dengan Wayangan dan Tumpengan

Ahad, 17 April 2016 | 10:44 WIB

Magetan, NU Online
Sebayak 15.000 Nahdliyin secara khidmat mengikuti rangkaian peringatan Harlah Nahdlatul Ulama (NU) Kabupten Magetan ke-93 di GOR Ki Mageti, Magetan, Jawa Timur, Ahad(17/4/2016).

Kegiatan bertema "Selamatkan Desa Selamatkan Indonesia" ini diisi dengan wayang kulit, tahlilan, dan pemotongan 126 tumpeng. Kehadiran ribuan Nahdliyin ini sekaligus menjadi ajang syiar (sosialisasi) program ekonomi kerakyatan yang dijalankan Pemerintahan Jokowi, terutama program Dana Desa sebagai program baru sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar Marwan Jafar yang hadir dalam Selametan Nusantara ini menyampaikan, politik anggaran pemerintah saat ini diberikan dan berpihak sepenuhnya ke daerah-daerah dan desa-desa, termasuk di Kabupaten Magetan.

Politik ekonomi kerakyatan Pemerintahan Jokowi ini dibuktikan dengan kongkrit. Pemerintah membuka sejarah dengan mengarahkan anggaran negara yang jumlahnya Rp770 triliun diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat di daerah. Kemudian yang kedua, ada Dana Desa sebagai pendobrak sejarah, di mana sepanjang 74 tahun Indonesia merdeka baru kali ini ada yang disebut Dana Desa.

"Tahun 2015 pemerintah sudah meluncurkan Rp20,7 triliun, dan tahun 2016 meningkat menjadi Rp47 triliun,masing-masing desa mendapatkan Rp700-800 juta. Kalau ditambah tambah Alokasi Dana Desa (ADD) dari pemerintah provinsi dan kabupaten sampai Rp600 juta, maka total dana yang diterima desa sudah sekitar Rp1,3 miliar untuk tiap desa," ujar politisi PKB yang juga ketua LPPNU ini.

Ketiga, program pro rakyat yang dijalankan Pemerintahan Jokowi juga dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang mencapai Rp100 triliun tahun 2016. KUR ini dijalankan untuk membantu petani, nelayan, pedagang, dan lainnya. Dalam program ini, bunga pinjaman yang awalnya 12 persen dituturun menjadi 7 persen.

Terakhir, Menteri Marwan menegaskan bahwa NU adalah tiang penyangga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para Nahdliyin yang tersebar di pelosok-pelosok desa, kampung-kampung, atau pun yang merantau hidup di kota harus bangga menjadi warga NU dan terus memegang teguh ajaran para kiai.

"Para pejuang NU dan kiai-kiai NU di Indonesia secara istikomah memberikan pencerahan, mengayomi, serta selalu melindungi warganya. Dan kita sebagai Nahdliyin telah diwarisi amanat, bahwa "hubbul wathon minal iman" (cinta tanah air sebagian dari iman). Ini adalah motto perjuangan kita sebagai nahdliyin dalam membangun bangsa Indonesia yang kita cintai," tegas Menteri Marwan yang disambut yel-yel perjuangan dan riuh tepuk tangan pada Nahdliyin. Red Mukafi Niam