Nasional SETENGAH ABAD LESBUMI

Akal Sehat Kreatif dan Akal Sehat Kolektif Pesantren

Senin, 2 April 2012 | 10:11 WIB

Jakarta, NU Online
“Vitalitas pesantren kalau disimpulkan adalah akal sehat kreatif dan akal sehat kolektif. Akal sehat kolektif menjadi penting juga setara dengan akal sehat kreatif. Seorang santri tidak hanya mementingkan diri sendiri. Jadi, ada kebersamaan,” tegas D Zawawi Imron dalam Pidato Kebudayaannya di Aula PBNU lt.8, Rabu (28/3).

Pidato Kebudayaan D Zawawi Imron, digelar dalam rangka merayakan setengah abad LESBUMI. Selain itu, pidato kebudayaan diadakan sebagai panggung apresiasi dan pengukuhan atas penganugerahan Sea Award 2012 diterimanya Februari lalu dari Kerajaan Thailand.<>

Akal sehat kreatif yang dimiliki pesantren akan melahirkan manusia-manusia unik. Keunikan manusia kreatif, turut membentuk dan mempengaruhi dunia dengan wajah kesenian nan indah di dalam koridor nilai pesantren.

Ruang pidato kebudayaan, dibiarkan dalam keadaan gelap. Hanya 3 buah lampu yang berbeda warna, menyorot podium Celurit Emas, gelar bagi penyair D Zawawi Imron. Efek pencahayaan ini, menambah suasana artistik acara tersebut.

Akal sehat kolektif gaya pesantren, membangkitkan kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama makhluk hidup. Nalar kolektif melahirkan tindakan positif terhadap manusia lingkungan sekitar. Nalar kolektif ini yang perlu digali lebih dalam.

Pidato kebudayaan berlangsung dengan penuh kejutan. Para hadirin kadang dikejutkan dengan khazanah humor khas Madura yang sangat kaya. Penyair, Celurit Emas kadang mengeluarkan kata-kata ampuh yang mengajak 300 lebih hadirin merenung.

“Kalau kecerdasan-kecerdasan pesantren dihidupkan kembali, insya Allah kita bangsa Indonesia akan bersemangat untuk hidup dan menghargai hidup sehingga hidup menjadi tak sia-sia,” ungkapnya.



Redaktur: Mukafi Niam
Penulis   : Alhafiz Kurniawan