Nasional TWEET TASAWUF

Akibat Keras Kepala dan Keras Hati

Senin, 24 September 2018 | 07:00 WIB

Akibat Keras Kepala dan Keras Hati

KH M. Luqman Hakim (istimewa)

Jakarta, NU Online
Kebaikan dan kebijaksanaan menuntut keterbukaan pandangan maupun pemikiran. Begitu juga dengan kondisi hati yang tenang akan memunculkan pencerahan dan ketepatan dalam melangkah. Dua kondisi tersebut tidak akan tercapai jika kepala dan hati manusia dalam kondisi keras.

Ditegaskan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim. Ia menyebut bahwa orang yang keras kepala dan keras hati akan diselimuti oleh kebodohan dan kegelapan.

“Hindari keras kepala dan keras hati. Itu awal kebodohan dan kegelapan,” tutur Kiai Luqman dikutip NU Online, Senin (24/9) lewat twitternya.

Menurutnya, menghindari keras kepala dan keras hati dilakukan setelah manusia menumbuhkan berupaya menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama. Sikap cinta dan kasih sayang dari Allah ini merupakan pintu awal manusia berkomunikasi dengan dengan-Nya.

Direktur Sufi Center Jakarta ini mendorong setiap orang untuk belajar memaafkan sekaligus memintakan ampunan terhadap semua dosa-dosa yang diperbuat oleh orang lain. Hal ini tidak mudah, karena manusia harus terlebih dahulu menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang.

“(Setelah memaafkan dan mendoakan) baru kita bicara dan bersepakat. Lalu tekad itu kita serahkan kepada-Nya. Ada cinta di sana,” tegas Kiai Luqman. (Fathoni)